Friday, April 17, 2020

KHITTAH AS'ADIYAH

Khitah dalam Kamus Besar Indonesia diartikan sebagai tujuan dasar, cita-cita, garis haluan, landasan perjuangan dan kebijakan. Khitah dalam penggunaannya berkaitan erat dengan jati diri yang terdapat pada sesuatu sehingga nampak kekhasan keistimewaan, dan kekhususan yang mesti dipertahankan. Sering terdengar kalimat; "kembali ke khitah" maksudnya adalah sebuah usaha untuk kembali ke jati diri, kembali kepada asas dasar, yang di nilai telah terlupakan, telah terhapuskan, telah terkikis oleh perkembangan zaman.

Sebagai sebuah organisasi, tentu Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang mempunyai khitah sendiri sebagai tujuan dasar terbentuknya organisasi besar ini. Pada dasarnya, khitah As'adiyah dimulai pada bagian dasar organisasi ini yang bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Jadi jika berbicara As'adiyah maka yang tergambarkan pertama kali di benak kita adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Sehingga tidak heran di As'adiyah tersedia semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Begitu pula di As'adiyah semua kegiatan dakwah dilakukan mulai dakwah di hari Jum'at, dakwah di bulan suci ramadhan, dakwah pernikahan, dakwah di bulan maulid, dakwah isra' mi'raj dan seterusnya.

Secara khusus paling tidak khitah As'adiyah di bidang aqidah, ibadah, akhlak, sosial, politik, budaya antara lain:
  1. Bidang Aqidah, Aqidah yang dianut oleh As'adiyah adalah Aqidah Ahlussunnah wal-Jama'ah, sangat memperhatikan hal-hal yang terkait dengan aqidah dan hal-hal yang mampu merusaknya. termasuk melindungi aqidah warganya dalam hal mengkultuskan kuburan ulama-ulamanya. Kuburan ulama As'adiyah terlihat tampak biasa dan sederhana dengan tujuan agar tidak dikultuskan oleh warga As'adiyah yang memungkinkan aqidah mereka dapat tercampuri.
  2. Bidang Ibadah, As'adiyah menganut mazhab Syafi'i dengan salah satu konsep kehati-hatiannya, ulama As'adiyah sangat konsen pada mazhab Syafi'i mulai dari pendiri As'adiyah, AG. KH. Muhammad As'ad  yang mempunyai kitab Nailul Ma'mul tentang ushul fiqh yang dikembangkan oleh Imam Syafi'i. Beberapa pandangan AG. KH. Muhammad Yunus Martan tentang fiqh dalam kitabnya As-Sholatu Imadu Din juga berhaluang Imam Syafi'i. Begitu pula buku tanya jawab Islamiyah yang ditulis oleh AG. KH. Abunawas Bintang yang sangat kokoh memegang mazhab Syafi'iyah. Dan seterusnya sampai pada masa sekarang.
  3. Bidang Akhlak, As'adiyah sangat memperhatikan akhlak kepada Allah Swt. Akhlak kepada sesama manusia, akhlak kepada hewan, akhlak kepada alam sekitar. Menjaga akhlakul karimah adalah bagian yang sangat diperhatikan oleh As'adiyah. Berpakaian rapi, rambut rapi, kamar rapi, tidak merokok, mencium tangan kiyai, ustadz, menunduk adalah beberapa contoh dari akhlak yang dipraktekkan As'adiyah.Bahkan tasawuf yang dianut oleh As'adiyah secara tidak langsung adalah tasawuf akhlaki Imam Al-Ghazali. 
  4. Bidang Sosial, As'adiyah berusaha terlibat langsung dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. As'adiyah tidak buta dengan permasalahan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Melalui Radio Suara As'adiyah (RSA), As'adiyah menyebarkan berita-berita yang bermanfaat melalui kegiatan kepedulian sosial, As'adiyah terlibat langsung dalam penanganan bencana alam seperti, Tsunami Palu, Kebakaran, Bantuan Relawan Covid-19, dan bakti sosial lainnya.
  5. Bidang Politik, As'adiyah merupakan organisasi yang tidak berikat dan terlibat dalam gerakan politik. As'adiyah secara kelembagaan tidak mengikat dirinya pada partai politik tertentu. Meskipun demikian, As'adiyah tidak pernah melarang warganya untuk terjun di politik, namun tentu dengan syarat tidak membawa nama As'adiyah di pentas perpolitikan. Sehingga ada beberapa alumni As'adiyah yang mengambil bagian  di partai politik tertentu sampai akhirnya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau Kepala Pemerintahan lainnya.
  6. Bidang Budaya, As'adiyah mampu mendialogkan antara Islam dan kearifan lokal dalam gerakan dakwahnya, As'adiyah bersuaha menghapus tradisi-tradisi di masyarakat yang bertentangan dengan syariat Islam dan mendukung  tradisi-tradisi yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga antara As'adiyah dan budaya Bugis tidak ada pertentangan sama sekali. Karena bagi As'adiyah ajaran Islam adalah ajaran yang menghargai nilai-nilai budaya masyarakat.
Jika suatu saat terdapat warga As'adiyah berpaham Qadariyah, Jabariyah, Mut'tazilah, Syiah Ghulat maka kembalilah pada khitah As'adiyah. Jika suatu saat terdapat warga As'adiyah yang tidak Qunut maka kembalilah pada khitah As'adiyah. Jika suatu saat terdapat warga As'adiyah melaksanakan tarawih 8 rakaat maka kembalilah pada khitah A'adiyah. Jika suatu saat warga As'adiyah tidak menjaga akhlaknya kepada ulama maka kembalilah pada khitah As'adiyah. Jika suatu saat As'adiyah secara kelembagaan telah terjun dalam dunia perpolitikan praktis maka kembalilah ke khitat As'adiyah. Jika suatu saat warga As'adiyah secara langsung menyalahkan semua tradisi masyarakat maka kembalilah pada khitah As'adiyah.

Demikianlah beberapa jati diri As'adiyah yang sesempit jangkauan pengetahuan penulis. Masih banyak khitah-khitah As'adiyah lainnya yang belum termuat dalam tulisan ini. Penulis berharap akan hadir tulisan lain yang mengangkat tema khitah As'adiyah dari sudut pandang yang berbeda. Sehingga jati diri As'adiyah tidak pernah berubah dari zaman ke zaman berikut.

Wabillahi Taufiq Wassa'adah

Sumber Buku Bacaan:

  1. Hatta Walinga, Warisan Intelektual AG. KH Muhammad As'ad Al-Bugisy
  2. Tarmizi Tahir, Peran Pondok Pesantren As'adiyah Dalam Menjaga NKRI (Disertasi)
  3. Daud Ismail, Biografi Pendiri Pondok Pesantren As'adiyah 
  4. Muhammad As'ad, Pondok Pesantren As'adiyah (Jurnal)
  5. Firdaus, Anregurutta (Buku)
Oleh:
KM. TARMIZI TAHIR, S.H.I., S.Pd.I., M.H.I
Pengasuh Ma'had Aly As'adiyah dan
Dosen IAI As'adiyah Sengkang

1 comment: