Saturday, April 11, 2020

JEJAK KENABIAN SAWERIGADING ANTARA MITOS & FAKTA

Sumber Gambar:
http://padazamandulu.blogspot.com/2016/04/cerita-rakyat-sulawesi-barat.html
Secara etimologi kata nabi berasal dari kata naba yang berarti dari tempat yang tinggi, atau na-ba-a yang berarti berita. Jadi nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya dengan diberikan berita (wahyu) dari Allah. sedangkang menurut istilah, nabi adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah SWT.  baik diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain, maka ia disebut sebagai "Rasul".

Untuk memastikan Sawerigading sebagai seorang nabi, mungkin menjadi sesuatu yang sangat mustahil, termasuk bagi mereka yang masih kental dengan pikiran doktrinalnya. mengapa mesti ada nabi dan rasul? bukankah manusia mampu mengetahui yang sebenarnya tanpa petunjuk dari nabi dan rasul-Nya? Nabi dan rasul merupakan bagian yang sangat esensial dalam studi-studi dan tradisi Islam, mempercayai dan meyakini keberadaan nabi dan rasul merupakan rukun iman.  Orang yang beriman menerima kehadiran nabi dan rasul tanpa tedeng aling-aling, tanpa banyak protes karena sesuai dengan informasi dari kitab suci.

Para Nabi adalah orang-orang yang mencapai derajat kesempurnaan, karena telah mempersiapkan diri untuk menerima wahyu, suatu ketika  Zurarah bertanya kepada Imam Ja'far  Shadiq, bagaimana nabi bisa percaya bahwa apa yang sampai kepadanya adalah wahyu Ilahi, bukan bisikan setan? Imam Ja'far Shadiq menjawab, sesungguhnya setiap Allah memilih seorang hamba sebagai nabi, maka Dia menganugerahkan ketenangan kepadanya, sehingga apa yang sampai kepadanya dari Allah, sama seperti yang dilihat dengan matanya.

Para nabi telah tuntas melewati jenjang Ilmu Yaqin, kemudian mengarungi Ainul Yaqin, dan mencapai Haqqul Yaqin ketika diutus sebagai nabi. karenanya, tak perlu heran jika dilautan manusia, ada orang-orang pilihan suci, tampil ke permukaan, mengemban risalah ilahi, menyampaikan pesan samawi untuk manusia supaya beruntung dan mendapatkan kemenangan.
Tentu dengan serangkaian tugas yang diemban oleh para nabi untuk menujukkan jalan hidup, menerima wahyu dan menyampaiakan kepada manusia, para nabi juga mempunyai tugas-tugas penting lainnya demi kesempurnaan umat manusia, di antaranya:
  1. Banyak pengetahuan yang bisa dijangkau oleh akal manusia. Namun, karena hal itu memerlukan waktu dan pengalaman yang panjang atau karena perhatiannya dicurahkan pada unsur-unsur materi dan pemuasan hawa nafsu sehingga melupakan pengetahuan tersebut. Atau karena pengajaran yang keliru dan propaganda yang menyesatkan, sehingga pengetahuan ini tersembunyi darinya. Dengan perantaraan para nabi-nabilah pengetahuan itu akan tersingkap kepada manusia. Mereka selalu mengingatkan manusia supaya tidak melupakannya dan mencegah terjadinya penyimpangan dengan pengajaran yang benar dan logis.
  2. Salah satu faktor terpenting dalam pendidikan dan penyempurnaan manusia adalah adanya qudwah (Suri Teladan) dalam berbuat. Nabi adalah manusia-manusia sempurna yang mendapatkan didikan dan perhatian dari Allah. mereka tampil sebagai sebaik-baiknya teladan manusia. Selain mendidikan dengan ilmu pengetahuan, nabi juga telah dibekali oleh Allah kemampuan mendidik dan memberseihkan jiwa dan hati manusia (Ta'lim wa Tazkiyah an-Nafs).
  3. Salah satu berkah keberadaan para Nabi di tengah umat manusia, yaitu di saatkondisi memungkinkan, mereka akan memegang kendali kepemimpinan sosial-politik umat manusia. Jelas bahwa pemimpin yang maksum adalah satu nikmat Allah terbesar bagi umat manusia dimana mereka akan dapat mengatasi berbagai macam persoalan sosial, serta menyelamatkan  umat manusia dari berbagai kemelut dan penyelewengan. Dengan begitu para nabi dapat menuntun umat manusia menuju kesempurnaan yang sesungguhnya.
Hikmah dan manfaat diutusnya para nabi, Imam Ali Karramallahu Wajha mengatakan: "Sesungguhnya para nabi itu diutus supaya mereka dapat mengembalikan umat manusia  kepada ikrar fitrahnya dan mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat yang telah mereka lupakan supaya mereka menyempurnaan hujah mereka atas manusia melalui tabligh."

Nabi adalah orang-orang yang lahir dari tengah-tengah massa lalu memperoleh tingkat kesadaran yang sanggup mengubah satu masyarakat yang korup dan beku menjadi kekuatan yang bergejolak dan kreatif  yang pada gilirannya melahirkan peradaban, kebudayaan dan pahlawan, para nabi datang bukan sekedar mengajarkan dzikir dan doa. Mereka datang dengan mazhab pembebasan.
Sekarang setelah para Nabi telah tiada, siapakah yang akan berperan sebagai nabi? Siapakah yang akan melanjutkan perjuangan Habil? Siapakah yang siap dan berani menentang  ketimpangan zaman? Kaum Intelektual, "Rausyan Fikr", kata Ali Syariati. 

Andi Sumangelipu pada kesempatan yang berbeda mengurai salah satu perumpamaan ajaran agama dengan kopi, ia menjelaskan bahwa agama dan kopi sama-sama melahirkan "kenikmatan". Kenikmatan kopi sangat bergantung pada kepiawaian dan kehandalan sang barista atau peracik kopi, agama pun demikian adanya, agama sangat bergantung kepada kepiawaian para Nabi dan pemimpin spritualnya. Keduanya harus mampu meracik ragam  kenikmatana tersaji dalam kehangatan kopi yang mampu mengantarkan penikmatnya pada tingkatan kenikmatan yang memesona. Agar umat semakin baik dan dewasa dalam menyelesaikan polemik dan problematika yang berkepanjangan dalam urusan teologi.

Dalam Islam, umat manusia diwajibkan mempercayai 25 Nabi dan Rasul. Tapi mereka juga diharuskan meyakini bahwa selain 25 nabi itu, masih ada ratusan nabi dan rasul lainnya yang tidak tercatat dalam kitab suci Al-Qur'an . menurut Murthada Mutahhari, nabi dan rasul yang ada di dunia ini berjumlah 124 ribu orang dan di antara 124 ribu itu, hanya sebagian dari mereka memiliki syariat. Meski tidak memiliki syariat khusus, tetaplah mereka itu harus dianggap dan diyakini sebagai serang nabi. Karena para nabi yang tidak memiliki syariat menyampaikan dan mengajarkan syariat para nabi yang mendahuluinya.

Mencermati pendapat Ahmed, seorang Antropolog terkemuka Islam yang menyatakan bahwa dalam ajaran Islam, nabi tidak dipandang sebagai pencipta risalah atau agama, seorang nabi hanya ditugaskan sebagai pembawa dan penyampai risalah. Pada posisi itu Allah tidak membeda-bedakan kualitas kenabian para nabi-nabi bahwa tugas mereka adalah untuk membawa dan menyampaikan wahyu atau risalah. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 136

قُولُوٓاْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَآ أُوتِيَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ 
Terjemahnya:
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.

Bagaimana dengan tokoh-tokoh spritual yang tidak terekam atau tersurat di dalam Al-Qur'an secara jelas? Apakah mereka terabaikan? Ahmed menjelaskan bahwa ajaran Islam selain memiliki suatu hubungan langsung dengan para nabi yang menyampaikan risalah monoteisme, para nabi lain tetap tidak diabaikan. Justru nabi yang lain sebanyak 124 ribu itu harus diimani dan diyakini keberadaannya karena telah menyebarkan risalah Tuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka itu, menurut Ahmed mencakup tokoh-tokoh seperti Plato dan Budha. Meski sebenarnya hingga kini masih diperdebatkan siapa dari sekian banyak tokoh-tokoh legendaris dunia masuk golongan sebagai nabi dari 124  ribu itu.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallah Wajha, dalam kitab Nahjul Balaghah, ia mengatakan bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya, tanpa nabi diutuskan kepada mereka sebagai juru selamat atau tanpa kitab sama sekali yang diturunkan kepada mereka atau argumen yang mengikat dan dalil yang kuat.

Dalam Al-Qur'an surah al-An'am: 89 memberi penjelasan terkait dengan nabi dan rasul:

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ءَاتَيۡنَٰهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَۚ
Terjemahnya:
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmat dan kenabian...


Di ayat lain, Allah berfirman dalam QS. al-Ankabut: 27

وَوَهَبۡنَا لَهُۥٓ إِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَجَعَلۡنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلۡكِتَٰبَ
Terjemahnya:
Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya''qub dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab...

Ayat selanjutnya, Allah berfirman di QS. al-Hadid: 26
وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحٗا وَإِبۡرَٰهِيمَ وَجَعَلۡنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلۡكِتَٰبَۖ
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan al-Kitab...

Dari ayat tersebut di atas, bisa di lihat bahwa keberadaan seorang nabi selalu dihubungakn dengan keberadaan sebuah kitab dan kebijaksanaan. Hal itu menunjukkan betapa penting keberadaan atau adanya sebuah kitab bagi seorang nabi. Lewat sebuah kitab seorang nabi akan menyimpan atau mendokumentasikan ajaran-ajarannya.

Allah telah mengutus kepada setiap golongan atau kaum dari umat manusia ini seorang nabi dan rasul. Sebagaimana firman Allah Swt. (QS. Yunus: 47)
وَلِكُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولٞۖ فَإِذَا جَآءَ رَسُولُهُمۡ قُضِيَ بَيۡنَهُم بِٱلۡقِسۡطِ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ 
Terjemahnya:
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.

Di ayat lain, Allah berfirman (QS. an-Nahl: 36)
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ 
Terjemahnya:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Berdasarkan dua ayat di atas, Allamah Thabattaba'i menjelaskan bahwa para nabi itu datang kepada setiap golongan manusia untuk memberikan penjelasan dan bimbingan kepada mereka. Sementara Nawawy menafsirkan ayat tersebut di atas, bahwa pada umat-umat terdahulu, Allah mengutus kepada mereka seorang rasul. Rasul dikhususkan untuk menyampaikan perintah-perintah Tuhan, sebagaimana tugas yang diembankan kepada Muhammad SAWW. Sedangkan Zamakhsyari, memahami ayat tersebut sebagai penegasan Allah bahwa kepada setiap golongan manusia telah di utus seseorang untuk menjelaskan kepada mereka tentang tauhid dan menyeru mereka kepada agama yang  hak.

Dari penjelasan di atas, mungkin tidak berlebihan sekiranya Sawerigading di klaim sebagai seorang nabi. Namun, untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dengan umat Islam pada umumnya, perlu ditegaskan secara ilmiah bahwa Sawerigading memiliki peluang sebagai seorang nabi, jika sekiranya ia hidup sebelum nabi Muhammad SAWW.

Tentu bagi umat Islam, nabi Muhammad SAWW merupakan penutup para nabi dan rasul. tidak ada lagi nabi dan rasul pasca kerasulan dan kenabian Muhammad SAWW. termasuk Sawerigading, jika sekiranya ia hidup pasca kenabian Muhammad SAWW., maka tertutuplah kemungkinan baginya sebagai seorang nabi dan rasul. tapi jika ia hidup prakenabian dan kerasulan Muhammad SAWW, maka terbuka kemungkinan ia adalah seorang sosok nabi. Namun pertanyaan berikutnya, jika sekiranya Sawerigading di klaim sebagai seorang nabi, apa baromaternya?

Sumber Bacaan

  1. Al-Qur'an al-Karim
  2. Abdul Salam Soroush, Menggugat Otoritas dan Tradisi Agama, (Tc.; Mizan: Bandung, 2002)
  3. Akbar S. Ahmed, Living Islam, (Cet. ; Mizan: Bandung, 1997)
  4. Ali Syariati, Ideologi Kaum Intelektual; Suatu Wawasan Islam, (Cet. I; Mizan : Bandung, 1984)
  5. Andi Sumangelipu, Agama Kopi; Menyingkap Realitas Ceruk Spritual, (Cet.I; Aquila: Sengkang-Sulawesi Selatan, 2013)
  6. A.S. Kambie, Akar Kenabian Sawerigading; Tapak Tilas Jejak Ketuhanan Yang Esa dalam Kitab I Lagaligo, Sebuah Kajian Hermeneutik, (Cet. I; Parasufia: Makassar, 2003)
  7. https://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_dan_Rasul#Etimologi,
  8. M. Hadi Ma'rifat, Tarikh Al-Qur'an, diterjemahkan Thoha Musawa dengan judul, Sejarah Lengkap Al-Qur'an, (Cet.I; al-Huda: Jakarta, 2010)
  9. Mahmud bin Umar bin Muhammad Zamakhsyari, Al-Kashshaf, (4 Jilid; Darul Kutub Al-Ilmiah: Beirut-Libanon, 1995)
  10. Mohammad Taufiq, Qur'an in Word, (Ver. 3.0.0.0, 2018)
  11. Muhammad Husain Thabattaba'i, Inilah Islam, (Pustaka Hidayah: Bandung, 1996)
  12. Muhammad Nawawy al-Jawy, at-Tafsir al-Munir li Ma'lam at-Tanzil, (Dar al-Fikr: Beirut, 1994)
  13. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Amuzesye Aqayid, diterjemahkan oleh Ahmad Marzuqi Amin dengan judul Iman Semesta; Merancang Piramida Keyakinan, (Cet. II; Nur Al-Huda: Jakarta, 2012)
  14. Murthada Mutahhari, Neraca Kebenaran dan Kebathilan, (Cet. I: Ipabi: Bogor, 2001)
  15. Thoha, A. M. (2011). Konsep Wahyu dan Nabi Dalam Islam. In dalam Workshop on Islamic Epistemology and Education Reform, di UIN SUSKA Pekanbaru, Tanggal (Vol. 27).


Oleh :
NURDIN ZAINAL
(nurdinzainal@gmail.com)
Dosen pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam IAI As'adiyah Sengkang