Sebuah artikel yang ditulis oleh Ahmad Asir dengan tema "Agama dan Fungsinya Dalam Kehidupan Sehari-hari". Ia menjelaskan bahwa fungsi Agama dalam kehidupan: Pertama, Sebagai pembimbing dalam kehidupan, pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsur pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.
Kedua, Penolong dalam Kesukaran, orang yang kuran yakin terhadap agamanya (lemah imannya) akan menghadapi cobaan/ kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang seperti akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpanya merupakan ujian dari Tuhan yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu enghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitasnya sebagai manusia.
Ketiga, Penentram Jiwa, jika orang yang tidak percaya akan kebesaran Tuhan tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup. Beda dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Ilahi yang di dalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh Yang Maha Berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang miskin yang beriman, jiwa dan batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan membedakan derajat manusia di mata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketaqwaannya.
Keempat, Pengendali Moral, setiap manusia yang beragama yang berimana akan menjalankan setiap ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, di dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintahkan untuk meminta dihormati apalagi selalu merasa berjasa kepada orang lain maupun terhadap agama.
Allah berfirman di QS. Al-Hujurat: 17
يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
Terjemahnya: Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar".
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika di awal-awal ke-Islam-an kabilah Bani Asad, sejumlah utusan dari kabilah ini mendatangi Rasulullah Saw sambil berkata, "wahai Rasul, kami masuk Islam dengan iman secara sukarela dan tanpa bantahan apapun. Tak ada perang yang terjadi dan tak ada pertumpahan darah, apa yang kami lakukan ini harus Anda hargai."
Dari pernyataan yang disampaikan oleh utusan kabilah Asad kepada Rasulullah itu, ada maksud yang bisa kita tangkap bahwa keimanan mereka terhadap Islam adalah sebuah bentuk jasa mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Karenanya Allah dan Nabi punya utang budi kepada mereka. Menanggapi pernyataan kabilah Asad itu, turunlah ayat di atas tadi sebagai bantahan. Dengan tegas dikatakan bahwa alih-alih manusia yang mempunyai jasa kepada Rasulullah, Kepada Agama Islam atau kepada Allah justru merekalah yang berhutang budi kepada Allah karena dengan turunnya agama Islam ini, mereka menadi orang yang mendapatkan petunjuk. Mereka sama sekali tidak punya pamrih kepada Agama Islam.
Ini juga yang pernah terjadi pasca meninggalnya Rasulullah Saw, ketika beberapa orang dari dari kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Saidah. Mereka betengkar memperebutkan kepemimpinan. Di sana, mereka sama-sama menepuk dada, menyatakan diri sebagai pihak yang paling berjasa di kepada Islam, paling beriman kepada Rasulullah.
Mungkin di situasi pandemi covid-19 ini juga seperti itu, tatkala ada orang yang menuntut bantuan dari pemerintah karena pernah berjasa membantu memenangkan calonnya masing-masing.
Atau mungkin ada juga diantara kita yang menganggap bahwa yang paling berimanlah yang paling rajin masuk berjamaah di masjid walaupun dalam situasi seperti ini (pendemi covid-19), mereka telah berjasa memperjuangkan Islam. Dan yang tidak masuk masjid berjamaah dianggang tidak beriman dan tidak berjasa terhadap Islam.
Sebagian orang menyembah kepada Allah karena ingin mendapatkan pahala. Itulah ibadah para pedagang. Sebagian yang lain menyembah kepada Allah karena takut siksaan neraka. Yang seperti ini adalah ibadah para budak. Sementara itu ada pula yang menyembah Allah karena hanya ingin bersyukur kepada-Nya, inilah ibadah orang-orang merdeka, dan itulah motivasi ibadah terbaik.
Semoga di situasi pandemi covid-19 ini kita saling mengasihi, menjaga persaudaraan antara kita, jangan menyulut api kemurkaan Allah dimuka bumi hanya karena perbedaan pendapat dalam melihat situasi pandemi ini, hingga harus saling kafir-mengkafirkan diantara kita. Semoga ujian ini segera berakhir.
Sumber Bacaan:
- Asir, A. (2014). AGAMA DAN FUNGSINYA DALAM KEHIDUPAN UMAT MANUSIA. Al-Ulum: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ke Islaman, 1(1), 50-58.
- Buletin Al-Wilayah, Edisi 26 Shafar 1440 - Oktober 2018, hal. 9-11
No comments:
Post a Comment