Sunday, April 19, 2020

BIOGRAFI AL-ALLAMAH AG. H. MUHAMMAD AS'AD TINJAUAN HISTORIS KEHIDUPAN PENDIRI PESANTREN AS'ADIYAH

Beliau dilahirkan pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Tsani 1326 H. bertepatan tahun 1907 M. Di kota Mekkah Al-Mukarramah. Al-Allamah Anregurutta H. Muhammad As'ad Al-Bugisy adalah putera  dari ayah bernama Abdul Rasyid Al-Bugisy, Ibundanya bernama Shalihah binti Abdul Rahman Guru Teru Al-Bugisy. Dari nasab Ayah dan ibundanya tercatat nama-nama ulama senior dari Bugis Indonesia yang lama bermukim di di Mekkah pada abad ke 19 Masehi.

Pada tahun 1928, Allamah As'ad Al-Bugisy ketika berusia 21 tahun mendirikan sebuah perguruan Islam, "AS'ADIYAH" dikenalnya yang bergerak dibidang pendidikan keagamaan dan dakwah, gerakan yang paling berpengaruh diabad ke dua puluh yang mengarahkan kembali masyarakat dunia pada umumnya, masyarakat Bugis Indonesia pada khususnya ke tatanan Islam Murni. Sampai pada masa itu, seruan pembaruan Agama dan pemulihan Islam ke kedudukan sentralnya dalam masyarakat di kalangan muslim terdidikk masih terbatas daya tariknya dan belum berkembang menjadi gerakan massa yang pro terhadap ajaran Islam.

Dalam perjalanan hidup Allamah As'ad, adalah perintis dan pendiri lembaga dan sistem pendidikan yang berbasis Islam klasik hingga kontemporer, punya kepedulian untuk membangkitkan Islam tanpa harus mengorbankan apa yang mereka anggap sebagai esensinya. Karena beliau  percaya dengan aktualisasi dan potensi dasar yang dimiliki Islam, beliau tak dapat mentolerir Islam sosio-budayamyang tidak mengandung ritus, ritual dan kewajiban keagamaan. Baginya semua ucapan dan tindakan haruslah didasarkan pada penelitian seksama atas segenapbukti yang harus menjadi dasar dari setiap pendapat hukum dalam Islam. Baginya, lembaga ulama merupakan pembela historis Agama.

Allamah As'ad, dikenal karena berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan dna melahirkan kader-kader intelektual nan cendekia muslim namun pun demikian tidak dikenal karena pemikirannya yang secara esensial tidak nampak.

Karena itu, jika ingin mengetahui riwayat hidupnya, kita perlu mempelajarai Allamah As'ad dengan pikiran terbuka, dan membaca karya-karyanya yang berdasar pada sumber-sumber yang tak bergantung  pada kata-katanya dan sezaman dengan hayatnya, bukan karya-karya yang sebagian besar bersifat mitos dan memuja pahlawan yang lebih lazim mewarnai "Hagiografi" atau kisah tentang hayat dan legenda wali atau tokoh) ketimbang sejarah akurat. Sekalipun mitologi yang sering mengelilinginya telah disingkirkan, Allamah As'ad tetap merupakan tokoh dengan gagasan-gagasan dan aktivitas-aktivitas  yang penting, dan mempunyai pengaruh besar serta berkelanjutan.

Allamah As'ad merupakan salah satu tokoh yang pertama kali menyatakan kembali tradisi muslim dengan cara yang sesuai dengan berbagai problem penting muncul akibat jahialisme (kebobrokan akhlak akibat kebodohan) di abad ke-20. Dengan menolak tradisionalisme murni yang mempertahankan warisan Islam secara tidak kritis di satu pihak, dan peniruan membabi buta terhadap jargon westernisasi (Barat) di lain pihak. Allamah As'ad menjadi sosok yang penuh dengan kharismatik, mampu memberi sebuah solusi alternatif di mana ditengah kebobrokan moral umat dan masyarakat Wajo pada waktu itu mampu menemukan nilai-nilai spritualitas di dalam Islam. Allamah As'ad mampu dan bagi banyak muslim yang memujinya masih mampu mempengaruhi kaum muslimin, suatu hal yang tak dapat dilakukan oleh mereka yang hanya meminjam gagasan-gagasan kaum kapitalis Barat begitu saja. Karena seringnya melakukan perjalanan intelektual dan spritual ddi beberapa tempat di Timur Tengah, khususnya ketika berada di Mekkah dan Madinah, bahkan setelah banyak menimba ilmu di dua kawasan tersebut yangmenjadi promotor dan perintis pembaharuan ISlam klasik hingga kemodernan, Allamah As'ad berencana hijrah ke tanah leluhurnya_Bugis untuk mengemukakan gagasan-gagasan  kritisnya tersebut. Pengaruh Allamah As'ad memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak tokoh yang hidup dan mengemukakan gagasan-gagasannya hanya disatu tempat. Ini khususnya terjadi karena beberapa muridnya pada mulanya menerbitkan buku-buku agama, artikel-artikel perjalanan kesejarahannya walau dalam bahasa lokal_Bugis. Bahasa yang paling familiar di daerahnya dan tanah leluhurnya. Artikel-artikel dan tulisan itu sendiri jadi berpengaruh, sehingga Allamah As'ad pun jadi ikut semakin berpengaruh pada skala yang lebih kecil. Dimana kebanyakan murid pentingnya dikemudian hari tampil di arena. Terbukti kemudian dengan munculnya berbagai macam Pondok Pesantren  yang didirikan oleh murid-muridnya, seperti Pesantren DDI Ambo Dalle Mangkoso, Pesantren Yastrib Soppeng; dan masih banyak lagi pesantren-pesantren yang dibangun oleh muridnya yang tidak bisa di lacak seksama.

Sebagai tokoh penggerak pembaharu Islam pertama di tanah leluhurnya, yang pengaruhnya di rasakan di beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Selatan hingga Indonesia secara menyeluruh, bahkan sampai di Negeri Jiran Malaysia sekalipun. Allamah As'ad memicu kecenderungan menolak tradisionalisme murni dan peradaban Barat yang begitu kental dengan propaganda-propagandanya. Meski Allamah As'ad di kemudian hari, sejak meninggalnya dikaitkan dengan khususnya pergerakan Pergerakan Al-Muwahhidun Wahabiyah (lihat Skripsi: Bisfain. M. Kiyai Haji Muhammad Yunus; Suatu studi tentang Peranannya dalam Da'wah di Daerah Bugis, Khusus di Wajo, 1983, h. 50), Tulisan dan pemikirannya hanya menjadi bagian dari dasawarsa penting 1929 -an. Dalam hidupnya dia mencurahkan berbagai sudut pandang yang dimilikinya untuk menghilangkan kemungkaran-kemungkaran. Dan pikirannya juga memiliki afinitas dengan berbagai kecenderungan di dunia muslim. Ini meliputi tradisionalisme Wahabi hingga modernita Ahlussunnah Waljamaah yang diserukan oleh para gurunya di Makkah dan Madinah; kebangkitan Islam koservatif hingga Islam Kontemporer yang diajukan oleh berbagai bentuk pengikut Allamah As'ad . Kendati sering pengaruh Allamah As'ad pada gerakan-gerakan ini sering dilebih-lebihkan, interpretasi atas Islam dari sudut pandang konservatif hingga modern memperlihatkan pola pikir yang semakin populer di dunia muslim di tanah kelahirna para leluhurnya "Bugis".

Reputasi Allamah As'ad di tanah Bugis melampaui zamannya. Dia jauh kurang dikenal pada masa hidup ketimbang setelah meninggalnya, lazimnya banyak tokoh sejarah yang berpengaruh pasca meninggalnya.

Berbagai biografi awal Allamah As'ad, yang ditulis dalam bahasa Bugis oleh Murid-muridnya, agak dibelokkan atas kebijaksanaan tertentu, ditambah lagi di saat ketika akan menghadap ke Rabbul Alamin, Dia tidak ingin dipublikasikan tempat pemakamannya, yang dikhawatirkan adalah penokohan yang berlebihan sehingga akan menimbulkan pengkultusan yang berujung pada nilai-nilai syirik. Karena setelah meninggalnya, Allamah As'ad justru semakin ditokohkan di dunia muslim Indonesia bahkan di dunia Islam  di Timur Tengah, maka kebanyak biografi dan karya yang ditulis mengenai dirinya semakin diwarnai sifat-sifat mitologi sejarah.


Oleh:
NURDIN ZAINAL
nurdinzainal@gmail.com


Catatan:
Sebenarnya karya ini sudah pernah dipublikasikan di (Buletin Kampus STAI As'adiyah (sekarang IAI As'adiyah) AL-MASHALIH Vol. 6 Nomor 7, 31 Mei 2009). Karena alasan khawatir hilang begitu saja, akhirnya dipublis kembali di Pena Cendekia7

No comments:

Post a Comment