Monday, April 27, 2020

MADRASAH RAMADHAN "PEREMPUAN TELADAN SAYYIDAH KHADIJAH AL-KUBRO AS"

Sepanjang sejarah, khususnya pada era disrupsi, pengalaman masa lalu telah membuktikan kaum kolonial menancapkan cakarnya dengan jalan mengeksploitasi kaum perempuan. Perempuan adalah tonggak penting dalam tatanan masyarakat, dan mereka mengeksploitasinya secara buruk. Mereka melakukan dengan berbagai cara dan sarana demi mengukuhkan peradaban mereka, dengan menempatkan perempuan-perempuan yang gemar berfoya-foya, yang tidak berguna, sebagai ikon dan teladan bagi kaum perempuan di seluruh dunia.

Sementara dalam Islam, perempuan diperkenalkan sebagai teladan ideal. Islam memberikan petunjuk yang sempurna terhadap persoalan ini. Islam juga membedakan gambaran perempuan yang hakiki dan benar  dari gambaran yang palsu. Islam telah menetapkan rambu-rambu supaya para pengikutnya tidak meniru membabi-buta dan tidak mengikuti ikon palsu dan nirmakna.

Dalam realitas kehidupan sehari-hari misalnya, setiap orang pada setiap level kehidupannya, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa bahkan hingga orang tua sekalipun dalam berprilaku tidak pernah lepas dari pengaruh orang yang diidolakan atau diteladani. Kalau pun ada perbedaan hanya pada tingkat intensitasnya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Multatuli bahwa "tugas manusia itu adalah menjadi manusia". Artinya bahwa untuk menjadi seorang manusia yang baik paling tidak membutuhkan seorang teladan yang memang betul-betul paham dan mengerti bagaimana menjadi manusia.

Fitrah manusia yang memerlukan teladan kembali pada fitrah "hubb al-kamal" atau cinta kesempurnaan. Secara natural manusia menyukai dirinya sempurna. Untuk mencapai hasratnya tersebut, dia akan mencari sosok yang menurutnya telah mencapai kesempurnaan. Mereka adalah sosok-sosok yang telah melewati berbagai tahapan kehidupan hingga mencapai puncak kesempurnaan, itulah mereka "Insan Kamil".

Perempuan yang harus dijadikan panutan dan teladan adalah manusia yang telah mencapai kesempurnaan. Manusia yang karena kesempurnaannya dijadikan teladan bagi kafilah lainnya yang ingin mencapai kesempurnaan. Sudah pasti sebagai manusia awam kita diperintahkan meneladani manusia-manusia pilihan seperti Maryam as, Sayyidah Khadijah as, Sayyidah Fatimah Zahra dan masih banyak lagi perempuan-perempuan yang sangat luar biasa lainnya yang telah mencapai puncak kesempurnaan. Mereka perempuan yang memiliki tekad kuat, kemandirian dan iman yang kokoh. mereka adalah sosok yang mampu melampaui tradisi di sekitarnya dan muak terhadap taklid buta. Mereka telah benar-benar mendobrak ajaran dan tradisi yang salah kaprah, dan menolak menerima dan ataupun menjalankannya. Perempuan-perempuan seperti merekalah representasi yang hakiki dan benar. kehidupan merekalah yang patut dijadikan suri teladan. 

Sebagaimana yang dipahami oleh Plato bahwa manusia sempurna lebih mencintai kebijaksanaan daripada yang lain, meskipun dia sendiri tidak termasuk orang yang bijaksana. Pengetahuan dan kebijaksanaan adalah milik Kebenaran dan Ide dan bukan milik sesuatu yang dapat di indera, fenomena formal dan semuanya  itu berada dalam naungannya.

Menurut Mulla Shadra bahwa semua makhluk adalah hasil emanasi dari diri-Nya; esensinya adalah tujuan akhir dan akhir dari alam dalam siklus arah menaik (ascent) dimana semua eksistensi menuju dan mengarah pada-Nya.

Arobindo mengklaim bahwa satu-satunya tujuan manusia adalah kebahagiaan yang merupakan manifestasi spiritnya, walaupun dia kelihatannya tidak memiliki tujuan karena tidak memiliki ktertarikan, hasrat dan keinginannya namun bukan berarti dia tidak memiliki kebahagiaan, karena spirit kebahagiaan telah mendasari keseluruhan kehidupannya. 

Sayangnya, manusia mungkin salah dalam menentukan seorang teladan. sehingga tidak mampu menemukan jejak-jejak keteladanan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari. Menurut Mishbah Yazdi bahwa seseorang yang salah dalam menentukan seorang teladan karena beberapa faktor:
  1. Kesalahan dalam menentukan wujud luar kesempurnaan. Kesalahan itu bersumber pada cara pandang. Bila cara pandangnya berangkat dari materialistis yang cenderung menilai kesempurnaan bersifat lahiriyah, maka dia akan mengidolakan orang yang sempurna secara lahiriyah seperti orang kaya, selebritis dan lainnya.
  2. Kesalahan dalam menentukan teladan sempurna. Kesalahan ini bersumber pada keterbatasan pengetahuan manusia. Seseorang tidak salah dalam menentukan ekstensi kesempurnaan. Misalnya dia tahu bahwa ilmu merupakan salah satu ekstensi kesempurnaan. Namun, dia bisa salah dalam menentukan sosok yang memiliki kesempurnaan tersebut, sehingga yang tidak berilmu dianggap berilmu. Karena mungkin saja seseorang karena kepiawaiannya dalam berbicara, oleh orang lain dianggap sebagai orang alim atau ustadz.
  3. Kesalahan dalam menentukan batasan dan wilayah keteladan, yaitu apakah seseorang yang diteladani itu mempunyai kapasitas untuk diteladani dalam segala hal ataukah hanya pada bidang tertentu?
Karena itu, menentukan seorang teladan ideal sangat bergantung pada pengetahuan atas tiga hal; Pengetahuan akan eksistensi atau mishdaq kesempurnaan, pengetahuan akan eksistensi dan wujud  luaran sosok yang sempurna, dan pengetahuan pada wilayah dan kapasitas keteladan.

Yuk, kita simak salah satu hadis Rasulullah. Rasulullah Saw bersabda: "Empat perempuan penghuni surga terbaik adalah; Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim, istri Fir'aun."

Sayyidah Khadijah binti Khuwailid

Dalam berbagai literatur tentang Sayyidah Khadijah, tidak dipungkiri kemuliaan dan keteladanannya sungguh sangat luar biasa. Kemuliaan Sayyidah Khadijah as. bukan hanya karena nasabnya, namun karena sifat-sifatnya yang sungguh terpuji nan mulia. Sehingga ada banyak gelar dan julukan disematkan kepada Sayyidah Khadijah yang menunjukkan kemuliaannya, seperti Thahirah (perempuan suci), Mubarakah (perempuan yang berkah) dan lainnya.

Sebagai orang yang sangat dermawan, Sayyidah Khadijah as memiliki kepedulian terhadap orang lemah sangat tinggi. Beliaupun menjadi tumpuan harapan orang-orang lemah dan menjadi tempat perlindungan setiap anak yatim yang  tak memiliki tempat bersandar dalam hidupnya.

Setelah mengetahui keistimewaan dan keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad Saw. Sayyidah Khadijah as tertarik kepada Nabi Muhammad Saw yang menurutnya bukanlah orang biasa, tapi seorang yang sangat mulia dan memiliki derajat yang agung. Hingga akhirnya terbersit dalam hatinya ingin menikah dengan Nabi Muhammad Saw.

Salah satu riwayat menyebutkan bahwa melalui perantara Nafisah-lah, (teman dekat Sayyidah Khadijah as) hubungan Nabi Muhammad Saw dengan Sayyidah Khadijah terjalin. Suatu hari, Sayyidah Khadijah as tengah termenung memikirkan keistimewaan dan kemuliaan diri Nabi Muhammad Saw. Sayyidah Khadijah as tidak dapat menyembunyikan semua rasa ketertarikan hatinya kepada Nabi Muhammad Saw. Tiba-tiba masuklah Nafisah, teman dekatnya melihat kondisi Sayyidah Khadijah as seperti itu. Sayyidah Khadijah as berusaha menyembunyikan semua perasaannya dan berusaha tampil wajar dan biasa-biasa saja. Namun, Nafisah tidak dapat dibohongi. Dia sangat mengenal kepribadian Sayyidah Khadijah as. karena saking dekatnya, dia dapat memahami dan mengetahu perasaan sahabatnya yang selalu berusaha untuk menutupinya, sampai akhirnya kata hati itupun terungkap.

Wahai Sahabatku, jangan engkau siksa dirimu karena kesedihanmu. Ini hal yang mudah. Aku berjanji kepadamua untuk berbicara dengannya tentang cinta tulusmu ini. Yakinlah, aku akan berusaha membantumu semampuku.

Hingga akhirnya suatu hari, Nafisah menemui Nabi Muhammad Saw. dalam kondisi sedang bertafakkur. Nafisah mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Saw. dan memulai pembicaraan.

"Wahai Muhammad, usiamu sudah melampaui dua puluh tahun dan engkau masih sendiri, kenapa engkau tidak berniat untuk menikah?"

Nabi Muhammad Saw terdiam tidak menjawab. Beliau menundukkan kepala dan kemudian merenung. Nafisah tidak diam begitu saja saat melihatnya seperti itu. Dia melanjutkan pembicaraannya hingga akhirnya Nabi Muhammad Saw menjawab dengan tersenyum malu.

"Aku tidak memiliki harta yang cukup untuk melakukan ini..."

Kesempatan ini diambil Nafisah untuk menyampaikan tujuan kedatangannya dengan mengenalkan Sayyidah Khadijah as untuk dinikahinya.

"Apa yang dapat aku sampaikan, bagaimana jika aku kenalkan seorang perempuan baik dan terhormat kepadamu untuk menjadi istrimu? Dia adalah Khadijah, perempuan Quraisy, tidak ada seorang perempuan Quraisy dan Mekkah pun yang menyamainya."

Akhirnya Nabi Muhammad Saw menyetujui usulan Nafisah, kemudian beliau menyampaikan hal tersebut kepada Abu Thalib pamannya.

Abu Thalib selalu memikirkan kebahagiaan keponakannya ini. Beliau juga meyakini akan masa depan keponakannya yang akan menjadikan manusia  agung. Karena itu, beliau menyetujui pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah as. Di kesempatan lain, Abu Thalib bersama Hamzah dan Nabi Muhammad Saw pergi menuju rumah Sayyidah Khadijah as untuk membicarakan tentang persiapan pernikahan Nabi Muhammad Saw dengan Sayyidah Khadijah as.

Setelah semuanya selesai dibicarakan, Sayidah Khadijah as pun dilamar oleh Nabi Muhammad Saw, dan dinikahinya. Abu Thalib membacakan Khotbah nikah mereka. Nabi Muhammad Saw dan Sayyidah Khadijah as pun resmi menjadi suami-istri. Allah Swt. berkehendak mereka hidup berdampingan. Disebutkan dalam riwayat bahwa setelah selesai acara nikah, Nabi Muhammad Saw. hendak pergi bersama Abu Thalib. Saat itu Sayyidah Khadijah as dengan penuh sopan santun mengatakan, "selamat datang di rumahmu. Inilah rumahmu, dan sekarang aku juga pelayanmu."

Setelah menikah, mereka memulai kehidupan yang baru sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sayyidah Khadijah as sangat memahami kedudukannya sebagai seorang istri, beliau tidak pernah menghalangi aktifitas Sang Nabi, bahkan beliau mendukung sepenuh hati hingga dengan berlalunya waktu kebesaran Nabi Muhammad Saw pun mulai bergaung di seluruh penjuru Mekkah karena kedermawanannya, keluhuran prilakunya, kepeduliannya kepada sesama manusia dan kejujurannya yang membuat khalayak simpati kepadanya.

Kehebatan seorang laki-laki dalam menapaki setiap anak tangga perjuangan, tentu ada seorang perempuan hebat dibelakangnya. Sesungguhnya ada banyak keutamaan-keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Sayyidah Khadijah as. Semoga pembaca sekalian bisa menambahkan di kolom komentar sebagai pemantik bagi siapapun untuk mengetahui dan belajar dari sisi kehidupan Sayyidah Khadijah as bersama Sang Nabi yang mulia "Muhammad Saw".

Semoga Salam dari Allah dan sekalian makhluk senantiasa tercurah kepadamu, duhai Sayyidah Khadijah as.

Wallahu A'lam Bisshawab.

Sumber Bacaan:
  1. Murthada Mutahhari, Bedah Tuntas Fitrah; Mengenal jati diri, Hakikat dan potensi kita, 2011
  2. Seyyed Mohsen Miri, Sang Manusia Sempurna Antara Filsafat Islam dan Hindu, 2004
  3. Rudhy Suharto (Editor), Renungan Jumat; Penyuluh Akhlakul Karimah, 2002
  4. Euis Daryati, Muslimah Idol; Napak Tilas Kehidupan Para Perempuan Teladan, 2015
  5. Sayid Abul Qasim Dibaji, Ummul Mukminin Khadijah; Biografi Perjuangan dan Keteladanan Muslimah pertama, 2014
Oleh:
NURDIN ZAINAL

No comments:

Post a Comment