Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, lahir di kota Yazd, Iran 17 Rabiul Awal 1353 hijriyah (1934). Ia berasal dari keluarga ulama yang memiliki kualitas intelektual yang terbilang hebat dan cerdas. di usia yang masih belia, ia memulai pendidikan formalnya pada tahun 1941 pada usia 7 tahun hingga ia berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya dengan predikat sebagai pelajara teladan tahun 1945. Namun kondisi keluarga secara ekonomi kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, berkat bantuan bibi Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, sang ibu membuka usaha jahitan kaos di rumah. Hal itu ia lakukan demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Namun usaha tersebut tidak cukup mampu untuk menutupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Karena itu sang ayah dengan sedikit terpaksa meminjam sejumlah uang untuk digunakan sebagai modal usaha dan berdagang.
Sejak Kecil Muhammad Taqi Mishbah Yazdi terus menaruh perhatian yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, terbukti dalam setiap ujian akhir setiap tahunnya, ia selalu terpilih sebagai yang terbaik. Ia juga merupakan murid yang disenangi dan dihormati oleh orang-orang disekitarnya termasuk guru-guru dan kepala sekolah. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi terus mendapatkan motivasi agar terus meningkatkan ketekunan dan keseriusannya dalam belajar agar kelak menjadi seorang ilmuan dan ahli agama.
Setelah usia beliau mencapai 20 tahun dan memenuhi syarat diterima sebagai pelajar agama di Madrasah Hujjatiyah yang ia impikan. Sejak saat itu ia mulai berkenalan dengan sejumlah ulama besar yang nantinya lewat perantara mereka, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi berkenalan dengan berbagai pemikiran tentang filsafat, seperti pemikiran Al-Farabi, Ibnu Sina, Suhrawardi dan Mulla Shadra, walaupun tidak pernah berjumpa secara langsung, tapi selalu menjadi acuan awal dari segala perkembangan pemikirannya, tokoh-tokoh tersebut adalah Imam Khomeini, Allamah Thabathaba'i dan Ayatullah Bahjat.
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi mengikuti kuliah-kuliah irfan dan politik Imam Khomeini, dan mempelajari tafsir Al-Qur'an, Ilahiyat Asy-Syifa' karya Ibnu Sina, dan al-Asfar al-Arba'ah karya Mulla Shadra di bawah bimbingan Allamah Thabathaba'i. Beliau juga mengikuti kuliah fiqhi Ayatullah Bahjat selama 15 Tahun. Masa studi formalnya dengan Imam Khomeini harus berakhir karena Sang Imam diasingkan ke Perancis. Hal itu mendorong Muhammad Taqi Mishbah Yazdi melakukan pengkajian dan diskusi sosial, pemerintahan dan tema-tema lainnya yang berkenaan dengan kondisi pada saat itu relevansinya dengan dunia Islam.
Dibawah pimpinan Syah Pahlevi, kondisi Iran semakin memprihatinkan. Sehingga sekitar 1964, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi bersama Syahid Dr. Husaini Bahesyti, Syahid Bahonar dan hujjatul Islam Hasyemi Rafsanjani untuk melawan rezim yang dzalim. Keseriusan mereka dalam melawan resim yang dzalim, tidak hanya lewat ceramah-ceramah, tetapi juga melalui tulisan dengan menghasilkan dua karya, misi kenabian dan tindak pembalasan. Selain itu juga Muhammad Taqi Mishbah Yazdi bergabung dalam mendirikan Partai Kebangkitan Ulama yang dipimpin oleh Ayatullah Rabbani Syirazi, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi membidangi pendidikan dan kebudayaan bersama Syahid Dr. Husaini Bahesyti dan Syahid Murthada Mutahhari.
Dalam bidang pendidikan, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi memulai aktivitasnya dengan beberapa tokoh dalam menyingkap kejanggalan sistem pendidikan Hawzah sebagai pusat keilmuan dan kebudayaan. Demi kelancaran aktivitas pendidikan hawzah, mereka membangun relasi dengan pihak Universitas yang serius dalam dunia pendidikan. Diantara jaringan yang telah berhasil menjalin kedekatan yaitu Madrasah Muntazeriyah dan Madrasah Haqqani. Selama di Madrasah itu, ia mengajarkan filsafat dan kajian-kajian Al-Qur'an. Pada waktu luang dia membentuk pertemuan-pertemuan yang membahas aqidah dan etika, serta bekerjasama dengan penerbit intiqam dan bi'tsah, hal itu dilakukan demi memudahkan melawan pengaruh materialisme barat yang berkembang pesat dalam kekuasaan Syah Pahlevi pro Barat.
Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi beserta para koleganya mengadakan pertemuan dengan Imam Khomeini. Dalam pertemuan tersebut Imam Khomeini meminta agar Muhammad Taqi Mishbah Yazdi meneruskan program-program yayasan Dar Rah-e Haq. Imam Khomeini mengatakan, "yang disana teruskan dan kembangkan, selama aku masih hidup aku akan membiayainya." Beberapa program yang dimaksud adalah:
- Mendirikan biro kerjasama Hawzah dan Universitas. Salah satu peran penting Muhammad Taqi Mishbah Yazdi adalah mendirikan biro kerjasama Hawzah dan Universitas serta membuat program yang lebih praktis dan efektif. Biro ini dibuat atas saran Imam Khomeini agar cita-cita dan aspirasi Revolusi Islam Iran bisa bersemi. Dibentuklah Pusat Kebudayaan Revolusi Islam demi memberikan warna Islam kepada perguruan Tinggi.
- Mendirikan Institut Cultural Baqir Ulum. Institut ini didirikan untuk menampung lulusan institut Dar Rah-e Haq yang ingin meneruskan kuliah dalam bidang mata pelajaran ilmu-ilmu sosial dan kajian perbandingan antara ragam paham dan pandangan Islam.
- Mendirikan Pusat Pendidikan dan Penelitian Imam Khomeini. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi juga sangat aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan keilmuan, politik dan kebudayaan di luar Iran yang kurang lebih 30 negara yang pernah dikunjunginya. Selama dalam perjalanan di luar negeri, ia tidak pernah lalai dalam menyampaikan misi dan nilai-nilai Islam serta kewajiban untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut.
- Kiprah dalam Penelitian dan Pengembangan Metodologi. Melakukan penelitian dan riset dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Tafsir, Filsafat dan juga mata kuliah perguruan tinggi dalam bidang ilmu sosial dan bahasa asing (Inggris dan Prancis
Gagasan dan pemikiran penting dari Muhammad Taqi Mishbah Yazdi adalah dalam melawan arus pemikiran Marxisme yang pada saat masa itu cukup dominan di kalangan mahasiswa Iran. melalui lembaga Dar Rah-e Haq, ia membuka kuliah-kuliah filsafat dan agama yang kemudian di transkrip ke dalam bentuk buku. Walaupun disadari bahwa gagasan tersebut merupakan gagasan kolektif para guru-gurunya untuk menutup peluang pemikiran Marxisme berkembang di dalam dunia Islam. Beberapa rangkaian kuliah filsafat Muhammad Taqi Mishbah Yazdi terfokus kepada pesoalan ontologi dan epistemologi semata dengan mengacu pada beberapa buku induk seperti al-Asfar al-Arba'ah, Ilahiyat Asy-Syifa' dan Manthiq al-Syifa' yang merupakan karya Ibnu Sina dan Mulla Shadra. Meski Muhammad Taqi Mishbah Yazi masih diakui sebagai ikon pemikiran paling handal dalam menghadapi trend pemikiran liberal yang dikembangkan oleh Abdul Kareem Soroush dan para intelektual modern yang cenderung melakukan gugatan terhadap beberapa pandangan klasik yang masih dipertahankan oleh kalangan Hawzah.
Menelaah pemikiran epistemologi_filsafat Muhammad Taqi Mishbah Yazdi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini dikarenakan hampir seluruh pandangan dan pendapat yang ia kemukakan disetiap kuliahnya cenderung bersifat polemis dan tidak demonstratif. Karena setiap karya-karyanya ia rangkum dan klasifikasi menjadi beberapa persoalan yang memerlukan kehati-hatian dan kecermatan dalam mengkajinya. Itu ia lakukan untuk membangun kecendderungan eklektiknya dalam filsafat Islam yang akan ia wariskan kepada generasi berikutnya agar lebih inovatif, kritis, rekonstruksi bahkan dekonstruksi agar filsafat Sadrian tidak menjadi mitos bagi mereka yang alergi dengan filsafat.
Gagasan filosofis yang dibangun oleh Muhammad Taqi Mishbah Yazdi memberikan harapan baru dan segar bagi terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berwawasan filsafat. Sebuah tujuan yang selama ini diupayakan dalam perjalanan panjang sejarah kehidupan umat manusia, yaitu kehidupan yang bebas dan bertanggung jawab. Kebobrokan dan kehancuran mazhab pemikiran rasionalisme, materialisme, skeptisisme dan lain sebagainya karena gagal membangun prinsip epistemologi yang ideal. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi mencoba menawarkan pandangan epistemologinya di atas pondasi yang kokoh yang di dalamnya berdiri eksistensi Tauhid.
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi telah melakukan sebuah gebrakan besar dan spektakuler dengan melakukan gerakan kritik terhadap berbagai disiplin ilmu terutama filsafat. Tujuan yang ingin dicapai sesungguhnya adalah mengembangkan khazanah intelektual dan keislaman dalam menyelesaikan problem kontemporer serta ia berupaya mendialogkan tradisionalisme dan modernisme dalam wawasan filsafat yang diproyeksikan pada terciptanya reformasi sistem pendidikan Hawzah.
Dibawah ini beberapa tokoh yang telah menjadi sumber inspirasi pemikiran Muhammad Taqi Mishbah Yazdi adalah:
- Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tharkan Ibn Auzalagh (Al-Farabi), merupakan filosof muslim pertama yang berhasil memandang secara utuh dan menyeluruh seperti di dalam kitab karangannya yang berjudul Ihsha'u al-Ulum yang memandang filsafat secara utuh dan sempurna serta membahasnya secara mendetail. Ia juga sangat terkenal akan kepakarannya dalam filsafat Aristoteles sehingga ia dikenal dengan sebutan muallim tsani (Guru Kedua)
- Abu Ali Al-Husayn Ibn Abdullah Ibn Al-Hasan Ibn Ali Ibn Sina, (Ibnu Sina) telah berhasil menyusun sistem filsafat Islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang ia lakukan adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang pelik yang tak terjawab sebelumnya.
- Syaikh Syihab al-DIn Abu Al-Futuh Yahya Ibnu Habasy Ibn Amirak Al-Suhrawardi (Suhrawardi) telah berhasil melahirkan aliran Illuminasionis berkat penguasaannya yang mendalam terhadap filsafat dan tasawuf ditambah kecerdasannya yang tinggi, dalam kitab Thabaqat al-Athiba menyebutkan bahwa Suhrawardi sebagai seorang tokoh pada jamannya dalam ilmu-ilmu hikmah. Ia begitu menguasai ilmu-ilmu filsafat, sangat memahami ushulu fiqh begitu cerdas pikirannya, dan begitu fasih uangkapan-ungkapannya.
- Shadr al-Din Shirazi (Mulla Shadra), Dalam epistemologi Mulla Shadra, Al-Qur'an merupakan jalan utama untuk mencapai pengetahuan hakiki. Kitab Suci bagi Mulla Shadra merupakan sumber ilham pemikiran filsafat dan teosofi yang tak dapat diganti oleh kitab lain.
- Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba'i, salah satu filosof muslim syiah kontemporer yang menghasilkan banyak karya. Meskipun disibukkan dengan berbagai kerja intelektual semisal mengajar dan berdiskusi, Ia tetap dapat berkonsentrasi menuangkan gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan. bidang ilmu yang paling banyak ia soroti adalah kajian filsafat dan keagamaan.
- Ayatullah Imam Khomeini, meyakini secara mendalam keterkaitan erat antara agama dan politik yang menjadi salah satu landasan utama bagi keteguhannya dalam mengembangkan konsep Pemerintahn Islam yang dipimpin oleh para Ulama.
Sebuah lembaga yang ingin tetap survive,harus berani mengadakan perubahan-perubahan esensial secara periodik. Namun kalau ingin maju tentu bukan hanya survive, tetapi harus melakukan perubahan-perubahan yang lebih fundamental untuk mengadakan antisipasi ke masa depan sesuai tren-tren yang berkembang.
Visi sebanyak dan setajam apapun tidak akan punya pengaruh yang diharapkan jika tidak diimplementasikan dalam bentuk-bentuk yang lebih kongkret atau dikembangkan dalam gerakan atau kegiatan yang relevan dan menunjang visi tersebut. Maka lembaga (Perguruan Tinggi) harus mampu mewujudkannya dalam bentuk Pusat Kajian Filsafat (Pemikiran) Islam yang handal dan komprehensif. Di antara tujuannya yaitu memberikan jawaban komprehensif dan rasional terhadap tantangan dan kritik tajam yang dilontarkan oleh pemikir Barat dan mengantisipasi kebutuhan informasi tentang filsafat dan pemikiran Islam di masa depan.
Sumber Bacaan:
- Muhsin Labib, Pemikiran Filsafat M.T. Mishbah Yazdi; Study atas Filsafat Pengetahuan, Filsafat Wujud dan Filsafat Ketuhanan, 2010
- Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, 2010
- Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Amuzesy-e Falsafeh, 1998
- Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Philosophical Intruction: An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy (Buku Daras FIlsafat Islam Islam; Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer), 2010
- Mohsen Gharawiyan, Dar Amadi Bar Amuzesye Falsafe (Muhammad Nur Jabir) Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam), 2012
Oleh:
NURDIN ZAINAL
No comments:
Post a Comment