Friday, May 8, 2020

KARAKTERISTIK DOA ISLAM MENURUT ALI SYARIATI

Di dalam Kitab Bulughul Maram, karangan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani pada bab tentang Dzikir dan Doa dijelaskan bahwa Rasulullah Saw bersabda: tidak duduk suatu kaum di satu majelis yang tidak mereka sebut Allah padanya  dan tidak bershalawat atas Nabi Saw, melainkan adalah itu satu duka cita di hari kiamat.

Doa sebenarnya bukan hanya sekedar perbuatan meminta. Tapi ia adalah sebuah sentuhan rohani yang amat halus dari Allah Swt untuk mengajarkan kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita berkhidmat kepada-Nya. Doa adalah esensi ibadah, demikian sabda Rasulullah Saw dalam konteks hubungan vertikal dengan Allah Swt." Tidak ada satu ibadah pun yang kita lakukan selama tanpa disertai dengan dengan doa. Bahkan sholat yang sehari-hari kita lakukan, intinya adalah doa atau munajat.

Pada kesempatan ini akan disajikan pandangan Ali Syariati tentang Doa, tentunya doa menurut Islam. Jarang kita temukan seorang intelektual yang revolusioner menulis buku tentang "Doa". Ali Syariati memulainya dengan sesuatu agak berbeda, dia berusaha mendobrak pemahaman yang salah  tentang doa karena menurutnya bahwa sesungguhnya doa adalah cinta. Segala yang tak terjangkau oleh akal logika dan ilmu pengetahuan, hanya didapat dengan cinta; cinta seseorang  yang asyik bercengkrama dengan Sang Kekasih. 

Menurut Ali Syariati, ada tiga karakteristik doa Islam:
  1. Doa merupakan percakapan dan dialog dengan Allah Swt. Di dalamnya sifat-sifat, kedudukan dan zat Tuhan serta hubungannya dengan dengan makhluk, terutama manusia , sengaja diutarakan. Jika kita hapuskan redaksi percakapan itu, maka ia tampak seperti text-book teologi, dan sama sekali tidak serupa dengan doa-doa lazimnya. Yakni, ia tidak lagi menggambarkan seseorang yang memohon sesuatu dari Allah, tetapi ia merupakan percakapan dengan-Nya. Doa Islam adalah sebuah ucapan dan seruan yang tingkat keindahan, ketelitian dan kedalamannya layak untuk dijadikan argumen terkuat, terdalam dan terjeli akan wujud Allah.
  2. Iradat, atau kehendak Ilahi yang meluap di dalamnya. Iradat ini bukanah berasal dari hasrat dan kebutuhan material yang kita saksikan dan kenali. Tetapi, ia adalah sesuatu yang berasal dari perangai-perangai yang terpuji dan keutamaan-keutamaan yang mulia. Dalam doa-doa Islam, seringkali menemukan permintaan atau doa seperti ini: "Allahumma, ya Allah! Anugerahkan kepada manusia seperti yang Engkau anugerahkan padaku, keluargaku dan rakyatku dari nikmat kebajikan, kebahagiaan dan keadilan. Ya Allah! Hindarkanlah kami semua dari kehinaan dan kerendahan. Jagalah kami semua dari meminta-minta, berbuat dzalim dan kelemahan." Sedikit saja nada doanya dihilangkan, ia akan menjadi undang-undang , etika kehidupan sosial, dan motor manusia ke arah pemahaman tentang arti kelemahan dan kehinaan Ia adalah juga kata kunci untuk mengenal kebahagiaan dan kesengsaraan di belahan bumi mana pun manusia hidup. Doa-doa Islam memiliki komposisi utama di dalamnya. pertama-tama, ia terhimpun dalam bahasa yang lugas dan elok. Teks-teks doa Islam adalah karya kesusastraan yang paling indah yang pernah ada. Ia adalah model bacaan terbaik bagi para mahasiswa sastra berkenaan dengan kefasihan, kelugasan dan keelokannya. Dilain sisi, ini merupakan bukti perhatian Islam akan estetika dan seni pada umumnya, selama keduanya mampu mendukung  penyempurnaan spritual manusia. Islam tidak hanya mempedulikan hal ihwal estetika dan seni, tetapi juga  dengan tegas meminta perhatian serius manusia kepada keduanya. Komposisi kedua, komponen-komponen musikalnya. Doa-doa Islami tergabung dalam diksi-diksi yang jika dilantunkan secara serasi akan menjadi sebuah lagu yang indah. Dalam setiap diksinya, kita akan menemukan huruf-hurufnya bernada musikal. Doa-doa itu mazmur-mazmur (pujian-pujian) Ilahi. Masing-masing kalimatnya seolah mengalir secara musikal. Secara keseluruhan, ia adalah sebuah orkestra musik simfonis. Huruf-huruf sekaligus arti masing-masingnya, menari bersama mengikuti melodi secara lincah tetapi tetap khidmat. Ucapan yang indah itu akan sangat berkesan pada jiwa manusia. Impresi (kesan) yang menyongsong kecintaan, kekuatan, serta pengaruh doa padanya.
  3. Doa adalah sari pati ideologisnya. Doa Islami, contoh terbaiknya adalah Shahifah Sajjadiyah, mengandung dan mendiskusikan tema-tema teologis, manusia, etika, masyarakat dan hubungan interpersonal(antarindividu). Juga tema tentang takut dan lari dari bahaya dan petaka sosial, invidual, maupun moral. Ini salah satu reflek kehendak. Ia bukan permintaan seseorang akan sesuatu hal belaka, melainkan deklarasi hasrat, gelora, slogan, identitas, dan pandangan hidup. Segi lain doa ini, tidak lebih kecil nilainya bila dibandingkan dengan segi "pemenuhan kebutuhan".
Doa adalah pusaka yang selalu menyertai pedoa. Pedoa akan terimbas cahaya doa dan ibadah di saat-saat diam dan bergeraknya. Pedoa akan selalu bersama pusaka itu di mana pun dia berada.

Sumber Bacaan :
  1. Ali Syariati, Makna Doa, 2002
  2. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulugul Maram (terjemahan beserta keterangannya oleh: A Hassan), 1999
Oleh : 

No comments:

Post a Comment