Sunday, May 3, 2020

MAKA BERZIKIRLAH...

Manusia dalam pandangan Imam Al-Ghazali merupakan makhluk Tuhan yang paling mulia diantara sekian ciptaan yang ada. Manusia dengan segala kelebihannya menginginkan kebahagiaan, ketenangan dan khusuk dalam setiap ibadahnya. Imam Al-Ghazali menyampaikan bahwa agar sholat dan ibadah kita tenang dan khusyuk hendaknya memperbanyak zikir. Allah berfirman di QS. Ar-Ra'd: 28 yang berbunyi:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ  
Terjemahnya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Zikir merupakan proses penyucian jiwa dengan jalan merendahkan diri dihadapan Allah Swt. dan membersihkan hati dari kotoran (najis) dan berbagai hasrat hati yang jelek seperti sifat sombong, serakah, iri hati dan suka berdusta. Dengan zikir manusia diharapkan dapat melawan hawa nafsu dan keinginan berbuat dosa dengan selalu mengingat pada Allah Swt.

Dengan demikian zikir sesungguhnya seperti obat yang dapat menyembuhkan penyakit bagi orang yang mengidapnya. Namun manfaat khusus dengan selalu berzikir kepada Allah adalah terjadinya perubahan ruhani menuju lebih baik. Perubahan ruhani menuju yang baik akan mengakibatkan kesehatan jasmani juga.

Kalau seseorang ingin ibadah dengan khusyuk, harus banyak berzikir kepada Allah terlebih dahulu. Namun ternyata masih mengeluh, zikir sudah dibaca namun belum juga khusyuk sholat, artinya bahwa meski zikir sudah banyak dibaca, setan tetap saja masih masuk dan menggoda orang sholat. berarti kalau begitu, apakah zikirnya yang salah?

Menurut Imam Al-Ghazali, zikir saja tidak cukup untuk mengusir setan. sebagai contoh dengan perumpamaan berikut: "kalau kita berdiri dipinggir jalan, lalu ada anjing yang hendak mengganggu kita, dan kita membentaknya, maka anjing itu lari. Tapi kalau disekitar kita banyak makanan anjing, tulang atau daging, maka anjing itu tidak akan pergi, meskiun dibentak. Kalaupun ia pergi, paling hanya sebentar untuk kemudian mengintai lagi, menunggu kita lengah. Jadi zikir itu seperti itu adanya, seperti sebuah gertakan terhadap setan. Ia baru akan efektif kalau hati kita sudah kita sudah bersih dari makanan setan. Kalau hati kita sudah bersih dari makanan setan, maka barulah zikir itu berhasil menghardik setan. tetapi kalau hati kita masih penuh dengan makanan setan, maka zikir sebanyak apapun tidak akan sanggup mengusir setan. Malah setan akan ikut berzikir dalam hati kita. Oleh sebab itu, kalau kita ingin agar zikir mempunyai kekuatan, maka kita harus membersihkan hati kita dari makanan-makanan setan.

Dalam berzikir harus dilakukan dengan menyesuaikan maqamnya. Penyesuaian ini perlu karena jika tidak, akan berakibat prustasi terhadap dirinya. Karena langsung melakukan hal-hal yang berat menurut hatinya. Untuk memulai berzikir hendaklah dengan menyebut asma-asma Allah. Nama-nama yang  mulia ini merupakan car yang baik untuk mengawali berzikir. Dengan mengucapkan nama-nama Allah akan memberikan persepsi pada orang tersebut, karena pada asma-asma Ilahi terdapat dua dimensi. Menurut Muhammad Mahdi Thabathaba'i Bahrul Ulum, seorang ulama sufi, dua dimensi itu adalah: pertama, setelah pemahaman nama-nama ini terhadap ddirinya sendiri, sebab masing-masing darinya mengandung  spritualitas khusus (ruhanniyah khassah). Sedangkan yang kedua, sumber nama-nama ini yaitu Allah Swt, dimana cahaya sempurna (an-Nuraniyyah at-Tammah) tampa dan menifestasi dalam nama-nama itu.

Berdasarkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an, hati kita mempunyai dua jenis pintu: jenis pertama adalah pintu yang ke dalamnya masuk cahaya Tuhan (Nur Rabbani), dan jenis yang kedua adalah pintu yang ke dalamnya setan masuk. Pintu cahaya Tuhan itu cuma satu. Sedangkan pintu setan sangat banyak. Karena itu, Al-Qur'an menyebut jalan Tuhan ini dengan shirath.  Kata shirath, dalam Al-Qur'an, tidak memiliki bentuk jamak. Misalnya terdapat dalam QS. Al-An'am: 153
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ  
Terjemahnya: dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Seorang pesuluk memang memiliki tugas yang sangat berat, karena harus membuka satu pintu dan menutup sejumlah pintu yang banyak dan menyesatkan itu. Seseorang bertanya kepada Hasan Basri tentang setan. " Hai Abu Said, apakah setan tidur atau tidak? Hasan Basri tersenyum dan berkata, sekiranya setan bisa tidur, pasti kita bisa istirahat dengan tenang, Jadi kita tidak bisa istirahat karena setan selalu mengintai kita. Dan kebetulan kita menyediakan pintu yang banyak untuk masuknya setan itu.

Bahrul Ulum, seorang sufi yang punya pengalaman ruhani, beliau mengatakan ada lima perkara yang diperlukan dalam berzikir.

Pertama, hendaklah membayangkan cahaya wali dan Rasul pada saat zikr al-khayali dengan diiringi rasa rendah diri terhadap sesuatu yang dijadikan objek zikir dan berharap agar dikaruniai syafaat. Rasul dan para wali inilah yang menjadi proyeksi hidup dalam menjalani kehidupan. figur-figur suci ini akan memberikan keteladanan dan semangat untuk melaksanakan perintah Tuhan. pada tahap ini seseorang yang berzikir belum berpisah dengan dunia.

Kedua, melakukan wirid, dengan wirid ini orang-orang yang tertutup dan orang-orang yang memiliki hati hitam, masih cinta dunia secara berlebihan dan masih tenggelam dalam kecenderungan-kecenderungan nafsu dan urusan dunia akan berupaya membebaskan dirinya dari belenggu-belenggu tersebut, belenggu hijab lahir dan batin. Dengan wirid sesungguhnya melatih diri agar terbiasa dengan mengingat Allah dalam segala tempat dan sepanjang waktu.

Ketiga, munajat yang berarti menunjukkan sesuatu yang tersembunyi dalam hati dan batin manusia dan menampakka masalah-masalah yang tersembunyi dengan berbicara. munajat adalah berdoa atau berkeluh kesah dihadapan Allah, meminta ampun, menunjukkan penghambaan dan ketundukan serta rasa cinta dan sebagainya.

Keempat, untuk berzikir hendaklah sebisa mungkin memulai dengan pikiran. Seseorang  hendaklah mengerti dan sadar dalam memperhatikan objek pikirannya dan harus sesuai dengan kekuatan spritual dan basirahnya. Banyak hakikat-hakikat yang tidak dapat dicapai dengan ibadah-ibadah yang banyak, yang ternyata menjadi jelas dan tersingkap melalui pemikiran, yang dilakukan dengan konsentrasi khusus dan dengan kejernihan hati .

Kelima, menjaga kesinambungan seluruh zikir dan wirid sehingga keefektifannya akan tampak.Keefektifan ini dilakukan dengan memperhatikan maqam dan derajat dari zikir tersebut dan dengan melaksanakan secara teratur dan waktu yang khusus akan memberikan dampak yang luar biasa bagi perubahan ruhani.

Zikir merupakan instrumen bagi ruh (jiwa) agar dekat dengan Tuhan. Ruh kita bisa menjadi ruh malaikat bisa jadi juga ruh iblis. Iblis juga semula malaikat. Tapi begitu ia melanggar perintah Allah Swt, karena takabur dan dengki, ia jatuh dari derajat malaikat menjadi setan. Kata Imam Ali Karramallah Wajhah, iblis itu pernah itu menyembah Tuhan ribuan tahun. Begitu dekat dengan Tuhan sampai Tuhan mengajaknya berkumpul saat Dia menciptakan manusia.

Al-Qur'an menggambarkan, betapa hebat ruh itu. Perubahan ruh bisa sangat luar biasa. bisa juga sangat rendah serendah-rendahnya (asfala safilin), dan bisa juga menjadi seperti Tuhan ketika ia menyerap seluruh asma'-Nya.

Bulan suci ramadhan ini kita jadikan momentum, kembali menyucikan diri dan jiwa kita, ruh kita agar kelak kita bisa meraih rahmat Allah Swt.
Wallahu A'lam Bisshawab

Sumber Bacaan:
  1. Rudhy Suharto (Editor), Renungan Jum'at; Penyuluh Akhlak Karimah, 2002
  2. Jalaluddin Rakhmat, Buletin Al-Tanwir; Ruh Manusia Tergantung Sembahannya, 1997
Oleh :
NURDIN ZAINAL

No comments:

Post a Comment