Saturday, May 2, 2020

GHIRAH ISLAM

Buya Hamka mengartikan ghirah sebagai perasaan cemburunya orang-orang yang beriman. Ghirah juga biasa diartikan sebagai sebuah "semangat". Bahkan beliau menggambarkan bahwa ghirah Islam sebagai nyawanya umat Islam. Seseorang  yang kehilangan ghirah Islam dianggap serupa dengan mayat. Bahkan Buya Hamka mengatakan ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh orang tersebut.

Ghirah Islam mesti diarahkan kepada hal yang baik. Buya Hamka mengatakan bahwa Ghirah Islam mesti diarahkan kepada hal yang sopan dan santun. Maksudnya adalah merealisasikan semangat beragama mesti dengan cara-cara yang baik. Jangan sampai merealisasikan semangat beragama berujung kepada hal-hal yang buruk. Seperti teror yang dilancarkan kepada non muslim sebagai wujud ghirah yang berlebihan dalam beragama. Juga seperti ujaran kebencian kepada firqah lain sebagai wujud ghirah bermazhab yang berlebihan.

Di tengah pandemi Covid-19 kita menemukan beberapa umat Islam yang mempunyai ghirah beragama demikian. Selalu berusaha melaksanakan shalat berjamaah sebagai ghirah beribadah yang sangat tinggi namun mengesampingkan fatwa ulama dan aturan pemerintah. Kita saksikan beberapa saudara seiman kita yang melaksanakan sholat jum'at sampai harus mencari mesjid yang sangat jauh demi  memuaskan ghirah beribadahnya.

Demikianlah ghirah Islam yang berlebihan di tengah Covid-19 yang penyebarannya sangat berbahaya. Ghirah Islam memang perlu, tapi sekali lagi harus diarahkan kepada hal yang baik, baik kepada diri sendiri terlebih kepada orang lain. Padahal ulama ushul telah menggariskan bahwa :
مصلحة الانسان دائما مقدمة على مصلحة الدين فمصلحة الانسان تقدم فى الاسلام على مصلحة الدين نفسه فلو تعارضت مصلحة الانسان مع مصلحة الدين قدمت مصلحة الانسان ويتأخر الدين
Artinya: Maslahah manusia selamanya didahulukan daripada Maslahah agama, Maslahah manusia didahulukan dalam Islam atas Maslahah agama sendiri, Jika bertentangan Maslahah manusia dengan Maslahah agama, maka didahulukan maslahah manusia, dan diakhirkan agama.


Ghirah beribadah di tengah pandemi Covid-19 mesti diarahkan dengan memikirkan kemaslahatan umum dan kemudharatan global. Mesjid bukan satu-satunya tempat beribadah yang utama. Berjamaah bukan satu-satunya cara yang utama dalam beribadah. Berbuka bersama bukan satu-satunya pahala memberi di bulan ramadhan. Akan tetapi rumah yang diterangi oleh bacaan al-Qur'an adalah tempat terbaik kita saat ini. Berjamaah dengan keluarga adalah yang paling utama dalam beribadah saat ini. Dan memberi kepada tetangga sajian berbuka adalah cara terbaik memberi saat ini. Dan berzakat fitrah dengan segera adalah sesuatu yang utama saat ini. Covid-19 mendidik ghirah beragama kita kearah yang lebih santun dan kondisional.

Sumber Bacaan:
  1. Jalaluddin Suyuti, Asybah wa Nadzair
  2. Buya Hamka, Ghirah dan Tantangan terhadap Islam
Oleh:
TARMIZI TAHIR
Pembina Ma'had Aly As'adiyah
dan Dosen IAI As'adiyah

No comments:

Post a Comment