Saturday, May 23, 2020

MENUNDUKKAN "AKU" KITA DI IDUL FITRI

Dalam konteks budaya Indonesia, di masyarakat hari raya Idul Fitri di sebut dengan Lebaran. Lebaran  bersifat lokal, hanya berlaku di Indonesia, idul fitri adalah bagian dari syariat Islam yang bersifat universal. Idul fitri bagian dunia manapun yang muslim mengandung makna yang sama, seperti yang dijelaskan oleh Al-Qur'an dan Sunnah. 

Al-Qur'an memerintahkan agar kamu menyempurnakan bilangan puasa kamu dan membesarkan Allah atas petunjuk-Nya kepadamu, mudah-mudahan kalian bersyukur. Idul fitri adalah cara bersyukur  setelah menyempurnakan  seluruh rangkaian puasa kita di bulan ramadhan. Bersyukur itu adalah cara kita mengungkapkan dan membesarkan Allah Swt. Oleh karena itu di seluruh penjuru dunia pada hari Idul fitri, kaum muslimin memenuhi langit dengan kalimat takbir. Kita diingatkan untuk membesarkan asma Allah berulang kali mengucapkan takbir. Setelah kita membesarkan dan mengagungkan-Nya kita tidak boleh meletakkan apapun dan siapapun di atas kebesaran Allah Swt. Karena Dia-lah pemilik segala sesuatu, yang menghidupkan dan mematikan.

Allah Swt. Berfirman di Al-Qur'an Surah Al-A'la yang berbunyi:
سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى ٱلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ وَٱلَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ وَٱلَّذِيٓ أَخۡرَجَ ٱلۡمَرۡعَىٰ فَجَعَلَهُۥ غُثَآءً أَحۡوَىٰ سَنُقۡرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰٓ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ إِنَّهُۥ يَعۡلَمُ ٱلۡجَهۡرَ وَمَا يَخۡفَىٰ وَنُيَسِّرُكَ لِلۡيُسۡرَىٰ فَذَكِّرۡ إِن نَّفَعَتِ ٱلذِّكۡرَىٰ سَيَذَّكَّرُ مَن يَخۡشَىٰ وَيَتَجَنَّبُهَا ٱلۡأَشۡقَى ٱلَّذِي يَصۡلَى ٱلنَّارَ ٱلۡكُبۡرَىٰ ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحۡيَىٰ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ إِنَّ هَٰذَا لَفِي ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ صُحُفِ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ 
Terjemahnya : Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi,  yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah, oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa
Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw dalam shalat Id-nya beliau membaca surah di atas yang dimulai dengan kalimat "Sabbihisma rabbikal a'la". Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Sekali lagi bahwa itu mengingatkan kepada kita bahwa yang Tinggi itu hanyalah Allah Rabbul Alamin. Selain-Nya semuanya rendah dan kecil, kekayaan, kedudukan, kekuasaan, presiden, gubernur, bupati. Apatah lagi dengan "aku" kita.

Dalam puasa sesungguhnya ada pesan yang tersirat, pesan itu adalah kita diminta mengecilkan "aku" kita dihadapan Allah. "Aku" kita itu adalah ego, kadang ada diantara kita karena merasa sudah cukup banyak ibadah yang ia lakukan, sholat, zikir, sedekah. Lalu kemudian memandang orang lain itu rendah di matanya.  Padahal kita tidak punya apa-apa yang dapat kita banggakan di hadapan-Nya. Jadikanlah puasa sebagai madrasah, sebagai sekolah yang akan mengantarkan kita dekat ke puncak keagungan Ilahi Robbi.

Di hari lebaran Idul fitri kita diingatkan lagi untuk mengecilkan 'aku' kita. Awas! jangan jatuh lagi ke dalam lubang kenistaan, membesarkan semua kecuali Allah. Bisa jadi selama ini Tuhan kita buang dari kantor kita hanya karena takut kehilangan jabatan dan posisi penting di hadapan pimpinan, Bisa jadi selama ini kita pisahkan Tuhan dengan segala aktivitas kita. Tuhan kita usir dari bisnis kita, karena khawatir akan kehilangan keuntungan yang banyak. Bisa jadi di dalam keluarga kita relah Tuhan kita simpan di sudut-sudut kamar kita, karena khawatir rumah tangga dan keluarga kita berantakan. Bisa jadi selama ini kita lupa bahwa kita ini punya Tuhan yang telah menciptakan kita dan bisa jadi selama ini kita telah mengecilkan Tuhan, kita sudah merendahkan Tuhan pada situasi-situasi tertentu.

Oleh Karena itu, di hari yang fitri, di saat kita mendengarkan takbir, masukkanlah kebesaran Tuhan kembali ke dalam hati kita. Hati yang hanya membesarkan Allah adalah hati yang suci. Itulah fitrah, Idul fitri adalah kembali kepada fitrah kesucian. Kita berupaya kembali meraih Laallakum tattakun, derajat taqwa. Agar seluruh sendi kehidupan kita kembali berada dilorong-lorong cahaya yang terang Itulah makna idul fitri.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah. 
Taqabbalallahu minna waminkum, Waahalahullahu 'alaik
(Semoga Allah menerima amalan kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu)

Sumber Bacaan:
  1. A. Mustafa Bisri. dkk, Bermain Politik di Bulan Ramadhan; Puasa Menghadapi Hedonisme Kontemporer, Pustaka Adiba 1998 
  2. Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi-sosial seorang Cendekiawan Muslim, Mizan, 1991 
 Oleh :
NURDIN ZAINAL
nurdinzainal@gmail.com

No comments:

Post a Comment