Alhamdulillah rabbil alamin, Segala puji bagi Allah atas segala nikmat-Nya kepada kita sekalian hamba-hamba-Nya. Ramadhan 1441 H. telah kembali ke-haribaan-Nya melaporkan segala perbuatan kita selama sebulan kita bercengkrama dengannya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung.
Pada artikel kali ini, saya akan menulis mengenai kisah salah seorang tokoh dunia sufi yang berasal dari Mesir yang bernama Dzunnun Al-Mishri.
Suatu hari Dzunnun Al-Mishri bersama beberapa muridnya, berlayar di sungai Nil. Mereka berlayar dengan sangat tenang sambil melantunkan dzikir dan puji-pujian kepada Allah Swt. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan perahu yang di isi oleh sekelompok anak muda yang bermain alat musik, berhura-hura, berteriak-teriak.
Karena merasa jengkel, muridnya melaporkan keadaan tersebut kepada gurunya, mereka berharap agar Dzunnun Al-Mishri berdoa kepada Allah Swt agar mereka dan perahunya di tengelamkan sampai di dasar laut atas prilakunya yang bisa menganggu keselamatan jiwa orang lain.
Dzunnun al-Mishri mengangkat tangan sembari berdoa kepada Allah Swt. "Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memberikan orang-orang itu kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, berilah mereka satu kehidupan yang menyenangkan juga di akhirat nanti." Murid-muridnya tercengang dan terkejut mendengarkan doa sang guru. Mereka berharap gurunya akan mendoakan sekelompok anak muda tersebut yang ugal-ugalan itu agar ditenggelamkan Tuhan, Tapi justru berdoa sebaliknya.
Ketika perahu anak muda tersebut mendekat, mereka melihat Dzunnun al-Mishri ada diperahu itu. Mereka menyesal dan meminta maaf kepada Dzunnun al-Mishri atas perbuatannya tersebut. Mereka memandang wajah Dzunnun al-Mishri yang berseri-seri membuatnya bertaubat kembali ke jalan Allah Swt. dan akhirnya mereka meninggalkan kesenangan duniawi menuju jalan kesucian.
Setelah kejadian itu, Dzunnun al-Mishri memberi pelajaran kepada murid-muridnya, "bahwa kehidupan yang menyenangkan di akhirat nanti adalah bertaubat di dunia ini." Dengan cara seperti ini, kalian dan mereka puas tanpa merugikan siapa pun.
Pelajaran apa yang akan kita petik dari kisah ini?
Kadangkala kita terbiasa menaruh dendam kepada orang-orang yang berbeda pandangan dengan kita. Bisa jadi hari ini kita menjalani kehidupan yang baik, tapi karena sedikit kesalahan akhirnya kita jengkel kepada orang lain yang kita anggap keliru atau berlebihan dalam bercanda. Kadang keburukan orang lain kita berani mengumbarnya di tempat umum dengan alasan, agar menjadi pelajaran kepada mereka.
Ingat dengan kisah Rasulullah Saw saat berada di Thaif, beliau mengajak orang-orang kepada Islam, apa balasan mereka, justru melempari nabi dengan batu sampai kakinya harus berlumuran darah. Malaikat datang dan menawarkan kepada Nabi sebuah gunung untuk ditimpakan kepada mereka. Nabi berkata, Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti. Sungguh mulia akhlak nabi, Beliau punya kemampuan dan kesempatan untuk membalas lebih keras kepada mereka, namun Nabi hanya memilih untuk mendoakan agar mereka mendapatkan petunjuk.
Tradisi yang baik inilah yang ingin dilanjutkan oleh Dzunnun al-Misrhi, sebuah tradisi kenabian yang mengajarkan kepada kita untuk membalas keburukan yang dilakukan oleh orang lain dengan kebaikan. Bayangkan seandainya anda berdoa agar orang lain atau saingan anda hancur dan binasa, anda hanya punya satu manfaat saja, Hanya kepuasan hawa nafsu karena telah menghancurkan lawan bisnis atau saingan anda. Tapi ketika keburukan itu anda balas dengan doa "Ya Allah, ubahlah kebencian musuh-musuhku menjadi kasih sayang, maka sesungguhnya anda akan mendatangkan manfaat dan ribuan kebaikan kepada semua orang.
Salah satu tradisi yang berkembang di Nusantara setelah Hari Raya Idul Fitri adalah Halal Bi Halal", momen itu bertujuan agar kita menjadi orang-orang yang baik, saling mengikhlaskan, saling merelakan, menghubungkan silaturahmi dengan sesama, keluarga, sahabat, dan tetangga. segala keburukan kita balas dengan kebaikan. maka insya Allah kebaikan akan senantiasa mengalir dan membawa kita lebih dekat dengan Allah Swt. Nabi Saw bersabda: "Tidak ada dua orang muslim yang bertemu kemudian bersalaman kecuali dosa keduanya di ampuni oleh Allah Swt. sebelum mereka berpisah. (HR. Tarmidzi)."
Wallahu A'lam Bisshawab
Sumber Bacaan:
- Ceramah Jalaluddin Rakhmat, "Membalas Kebaikan Dengan Kasih Sayang" pada acara Percik Cahaya Ilahi di Radio Ramako, Jakarta pada tanggal 21 November 1997, Transkrip oleh Ilman Fauzi R.
- Abi Abdul Jabbar, Kisah Dzunnun Al-Mishri; Membalas Kebencian Dengan Kasih Sayang
NURDIN ZAINAL
No comments:
Post a Comment