Sunday, June 7, 2020

BERPIKIR; MENEMUKAN IDE KREATIF

Doktrinasi pada pikiran bahwa menjadi seorang pemikir sangat menakutkan masih sering terjadi, padahal mempelajari metode berpikir tidaklah rumit.

Bagaimana akal menemukan sebuah ide? bagaimana merasakan kepingan ide baru dan informasi yang datang? Bagaimana merasakan pikiran anda sedang bekerja, saat meniru, memfokuskan persoalan, menganalisa, mengingat kembali, melakukan perbandingan dan sebagainya?

Dengan akalnya, manusia mampu menemukan sebuah teori baru dan mengolahnya, menciptakan peradabannya sendiri, memajukan teknologi, menemukan fakta-fakta ilmiah dan berbagai penemuan-penemuan lainnya. Betapa hebat dan menakjubkannya akal manusia yang mampu melakukan semua itu.

Akal merupakan potensi terbesar yang Allah berikan kepada manusia untuk berpikir dan menganalisa yang benar dan salah. Menurut Al-Ghazali, akal memiliki 3 pengertian:
  1. Akal dapat berarti potensi yang membedakan manusia dari binatang dan menjadikan manusia mampu menerima berbagai pengetahuan teoretis.
  2. Akal juga berarti pengetahuan yang dicerna oleh seorang anak yang telah mendekati usia dewasa, misalnya ia dapat mengetahui bahwa tidak mungkin ada sesuatu yang berada pada satu tempat dan pada saat yang sama ia pun berada pada tempat lain, atau dua itu lebih banyak dari satu.
  3. Makna ketiga yang diberikan oleh Imam Al-Ghazali adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman yang dilaluinya dan yang pada pada gilirannya memperhalus budinya.
Secara umum, dapat dipahami bahwa sesungguhnya akal adalah alat yang dugunakan untuk berpikir, sedangkan berpikir adalah prosesnya.

Sementara Sidi Gazalba, bahwa berpikir itu mengandung tiga ciri:
  1. Radikal, berarti akar. Berpikir radikal adalah berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir.  Berpikir dengan gaya yang seperti ini menurutnya, tidak ada yang tabu, tidak ada yang final, tidak yang terlarang untuk dipikirkan.
  2. Sistematis, berpikir logis, gaya berpikirnya selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling berhubungan dan teratur.
  3. Universal, cara berpikirnya yang umum, tidak khusus apalagi terbatas pada bagian-bagian tertentu tetapi mencakup secara keseluruhan. Contoh: berpikir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia saja, atau Afrika saja. melainkan manusia sebagai makhluk.
Dengan landasan berpikir ini, manusia tidak akan mengetahui sesuatu tanpa adanya kontradiksi internal dalam ide sehingga lahirlah pengetahuan baru. Bagaimana bentuk pengetahuan manusia, maka dibutuhkan epistemologi untuk menerangkan pengetahuannya tersebut. epistemologi hanya berusaha menjelaskan realitas sebagaimana yang ia pahami sendiri. Untuk menolak dan menerima argumennya dibutuhkan suatu alat ukur penilaian, apakah epistemologi benar atau salah. Disini dibutuhkan lagi epistemologi untuk menilaianya yang harus berujung pada adana epistemologi yang idak membututhkan lagi epistemologi untuk menilaianya dan ittu hanya bisa terjadi ketika sudah ditemukan sesuatu yang sangat nyata kebenarannya dan tidak membutuhkan lagi neraca untuk menilainya.

Dengan akal manusia dapat berkembang menjadi lebih baik, walaupun dengan akal juga manusia bisa menjadi rendah bahkan hina dari kodratnya. Manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan pun karena memiliki akal. Namun tidak semua manusia menyadari ini, tidak semua akal manusia mampu menjangkau ini. apa yang membedakan? Ilmulah yang membedakan manusia dalam menggunakan akalnya. Seberapa dalam manusia menyalami samudera ilmu pengetahuan ini disebut daya intelektual.

Gunakan sebaik mungkin anugerah akal yang diberikan Allah dan bagilah hal positif yang mampu dihasilkan. karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama dan bagi alam sekitarnya.

Sumber Bacaan:
  1. Fuad Al-Mahdali, Siap Jadi Pemikir? Menjadi pemikir hebat dengan metode  berpikir, dan penemuan ide besar, (Cet.I; Makassar: Pena Indis, 2015)
  2. Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat; Pengantar Kepada Dunia Filsafat, (Cet.6; Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
  3. JBagas, Sebuah Perenungan: Ide dan Pola Pikir Manusia

No comments:

Post a Comment