Friday, June 5, 2020

MAKNA HAJI

Haji adalah evolusi manusia menuju Allah. Ibadah Haji sesungguhnya merekonsturksi perjalanan Ibrahim as. Ibrahim bukan hanya saja bapak Tauhid, yang ditugaskan untuk membersihkan rumah Tuhan dari kemusyrikan. Ibrahim adalah model dari seorang manusia  yang memilih untuk berangkat menuju Tuhan.

Dalam pemahaman Ali Syariati, Haji merupakan kepulangan manusia kepada Allah Swt yang mutlak, yang tidak memiliki keterbatasan dan yang tidak dipadankan oleh sesuatu apapun. Kepulangan kepada Allah merupakan gerakan menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, dan nilai.

Dengan melakukan perjalanan menuju keabadian ini, tujuan manusia bukanlah untuk binasa, tetapi untuk berkembang. Allah bertanya, فَأَيۡنَ تَذۡهَبُونَ "Mau pergi ke mana kamu?" (QS. At-Takwir. Ia menjawab, وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهۡدِينِ "dan Ibrahim berkata: Aku pergi berangkat menuju Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku". Tujuan ini bukan untuk Allah, tetapi untuk mendekatkan  diri kita kepada-Nya. Makna-makna tersebut dipraktikkan dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara-acara ritual, atau dalam tuntunan non ritualnnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan, nyata atau simbolik.

Apa yang telah dilakukan oleh nabi Ibrahim as. tentu menjadi contoh bagi kita semua, kita meninggalkan keluarga dan kampung halaman kita untuk menuju Rumah Tuhan, Baitullah. Bayangkan, ketika Tuhan memanggil kita, فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۖ إِنِّي لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٞ مُّبِينٞ "maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu (QS. Al-Dzariyat: 50) Sebagai hamba yang taat akan menjawab "aku datang memenuhi panggilan-Mu, Tidak ada sekutu bagi-Mu, segala puji dan anugerah kepunyaan-Mu.

Tujuan kita bukanlah untuk memenuhi hasrat keduniawian kita, tujuan kita bukan untuk mencari kehormatan di depan ka'bah dan setelah kembali kemasyarakat kita akan dipandang memiliki kelas dan strata sosial yang tinggi. Sesungguhnya bukan itu tujuan Haji. Tetapi untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya. Allah tidak jauh dari kita; oleh karena itu kita harus berusaha untuk menghampiri-Nya. Sesungguhnya Allah lebih dekat dengan kita daripada kita dengan diri kita sendiri.

Wahai manusia, ingatkah kita pada saat seluruh malaikat bersujud kepada Adam (manusia). Mereka tunduk dan hormat kepada manusia karena kehormatan dan janji kita untuk tunduk bersujud kepada-Nya. kita berjanji bahwa kita tidak menyembah sesuatu kecuali kepada Allah Yang Maha Besar. Dan menolak untuk menghamba kepada berhala-berhala yang sebagiannya adalah kreatifitas manusia. 

Tinggalkan seluruh sifat kebinatangan kita agar kita tidak termasuk seperti orang-orang yang telah disaksikan oleh Al-Zuhri dan gurunya Imam Ali Zainal Abidin di padang Arafah. apa yang Al-Zuhri dan Imam Ali Zainal Abidin saksikan di sana? "Gemuruh orang-orang yang sedang bertalbiyah namun pada hakikatnya yang disaksikan hanyalah kerumunan binatang, monyet, babi dan srigala. Mengapa mereka menyerupai binatang? Mereka telah melanggar sumpah setia mereka sebagai hamba yang taat. Babi-babi itu itu adalah jamaah yang tidak dapat mengendalikan syahwatnya. Mereka menuju rumah Allah namun tidak dapat meninggalkan sifat kebinatangannya.

Mereka berubah menjadi serigala, sesugguhnya adalah ia tidak sedang berzikir dan bertalbiyah, mereka hanya melolong melengking. Mereka senang mempergunjingkan orang lain, memaki dan menghardik serta menyerang kehormatan orang lain. Mereka berangkat Haji dengan raganya namun jiwa dan batinnya dipenuhi dengan keburukan budi pekerti. Terakhir, monyet-monyet itu adalah jamaah yang masih merasa bahwa dirinyalah yang paling benar, ketika bertemu dengan orang-orang yang berasal dari mazhab lain , ia mencemoohkan dan menganggap sebagai orang yang sesat dan kafir. Bahkan ia senang memprotes, membantah dan selalu menganggap pendapatnyalah yang paling benar. Dalam majelis ilmu, dialah yang paling pintar dan paling sholeh.

Jadi sesungguhnya orang yang ber-Haji dengan gaya yang seperti ini, batal. Secara ruhaniah ia tidak termasuk jamaah Haji. Ia hanyalah kerumunan binatang. Semoga kita di lindungi Allah atas segala kekhilafan dan dosa-dosa.  

Sumber Bacaan:
  1. Dwiki Setiyawan, Makna Hakiki Ibadah Haji Menurut Ali Syariati, Kompasiana
  2. Ali Shariati, Haji, di terj. oleh: A. Noe'man, (Cet. VI; Bandung: Pustaka, 2005)
  3. Jalaluddin Rakhmat, Hakikat Ibadah Haji (document).
Oleh:
NURDIN ZAINAL

No comments:

Post a Comment