Thursday, June 18, 2020

RISALAH (3) AHLUSSUNNAH WALJAMAAH MENURUT KH. SYUKRON MA'MUN

Sumber Gambar : Klik DISINI
Alhamdulillah robbil alamin, kami bisa kembali lagi menulis setelah harus menyelesaikan beberapa kegiatan yang hampir bersamaan. Nah, pada artikel kali ini, kita akan melanjutkan kajian tentang risalah ahlussunnah wal jamaah menurut pandangan KH. Syukron Ma'mun. 

Tentu telah kita pahami bahwa Ahlusunnah wal-Jamaah merupakan golongan  mayoritas di dalam dunia Islam. Menurut KH. Syukron Ma'mun bahwa salah satu golongan yang lebih mengutamakan dalil naqli (Al-Qur'an dan Hadis) dari pada dalil Aqli (akal). Dalam ilmu Kalam, Ahlussunnah wal Jamaah terbagi ke dalam 3 kelompok atau golongan:

Golongan Ahli Atsar ( مذهب أهل الأثر )

Golongan ini merupakan pengikuti Al-Imam Ahmad Ibnu Hanbal, Beliau lahir pada tahun 164 H. dan wafat pada  tahun 248 H. Beliau terkenal sebagai pembela sunnah Rasulullah Saw. berpegang teguh kepada apa yang dikerjakan pada sahabat dan para tabiin. Beliau tidak mengakui pendapat yang timbul setelah zaman sahabat dan tabiin. 

Beliau sempat dipenjara pada zaman khalifah Abbasiyah karena mempertahankan sunnah, ketttika beliau di tanya oleh khalifah, Al-Qur'an itu Qodim apa hadis (baru)? Beliau menjawab Al-Qur'an adalah Kalamullah Qodim, karena jawaban beliau bertentangan dengan pendapat penguasa, maka beliau terpaksa menjalani hukuman penjara. Madzhab penguasa ketika itu adalah madzhab mu'tazilah.

Ulama golongan ini dalam membahas ilmu kalam hanya berpegang teguh kepada dalil naqli (Al-Qur' dan Sunnah), hanya kadang memakai dalil akal.

Mereka tidak berani berfatwa kecuali yang mereka dapatkan dari Al-Qur'an dan Hadis. Mereka tidak berani pula menafsirkan ayat-ayat al-muthasyabihat dan tidak menjelaskan pula, bahkan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, bahkan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. karena mereka merasa khawati takut keliru apabila menafirkannya. Sebagai contoh, di dalam Al-Qur'an sebagai berikut :

QS. Al-Fath : 10
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ ٱللَّهَ يَدُ ٱللَّهِ فَوۡقَ أَيۡدِيهِمۡۚ فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِمَا عَٰهَدَ عَلَيۡهُ ٱللَّهَ فَسَيُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا 
Terjemahnya : Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

Ayat yang di bold tersebut di atas, mereka mengartikan tangan Allah di atas tangan mereka, mereka tidak berani menjelaskan dan menafsirkan kata tangan dalam ayat tersebut. Sementara ulama yang lain menafsirkan bahwa maksud kata tangan dalam ayat tersebut adalah persetujuan/kesepakatan.

QS. Ar-Rahman : 27
وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ
Terjemahnya : Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. 
Golongan ahlul atsar mengartikan ayat tersebut di atas "Wajhu Rabbik" yaitu wajah Allah yang mempunyai keagungan dan kemuliaan. Mereka tidak berani menjelaskan  apa yang dimaksud dengan kata wajah (muka) mereka menyerahkan kepada Allah, sedangkan ulama mutaakhirin menafsirkan wajah adalah zat atau diri Allah (والله أعلم)

Sehingga diantara mereka yang ekstrim hanya mengikuti makna lahirnya ( ظاهر اللفظ ) golongan ini disebut Al-Mujassimah. Mereka mempunyai keyakinan sebagaimana tekstualnya Al-Qur'an, Allah mempunyai tangan, bagaimana tangan Allah yang dimaksud dalam Al-Qur'an, serahkan saja kepada Allah bukan hak kita untuk menjelaskan. Tidak ada sesuatu yang menyerupai Allah ( ليس كمثله شئ )

Mempertanyakan tentang bagaimana wajah Allah atau tangan Allah adalah suatu hal yang bid'ah, yang penting Allah mempunyai tangan, wajah yang tidak seperti tangan dan wajah kita sebagai manusia. masalahnya diserahkan kepada Allah. Dari pengikut Ahlil Atsar ini lahirlah seorang Imam yang bernama Muhammad bin Abd Wahhab di Nejad pada Tahun 1703 M. yang dianggap sebagai seorang pembaharu atau mujaddid yang kemudian belakangan dikenal dengan kelompok Wahabiyah.

Golongan Al-Asyaairoh ( مذهب الأشاعرة )

Golongan yang kedua ini merupakan pengikut Imam Abul Hasan Al-Asyari yang dilahirkan di Bashrah pada tahun 260 H dan wafat pada tahun 324 H. awal abad ke IV Hijriyah. Beliau belajar kepada ulama Mu'tazilah diantaranya Imam Muhammad bin abdul Wahab Al-Jabal. Pada masa itu Mu'tazilah merupakan mazhab Pemerintah Khalifah Abbasiyah, sebagai pendukung  utamanya khalifah al-Ma'mun bin Harun Ar-Rasyid, Khalifah Al-Mu'sashim dan Khalifah al-Wa Asiq bil Allah.

Al-Imam Abul Hasan Al-Asy-ari merupakan pengikut setia dan penganjur kuat mazhab Mu'tazilah. Setelah beliau banyak melihat kekeliruan dalam mazhab Mu'tazilah, beliau menyatakan dengan tegas keluar dari mazhab Mu'tazilah di depan khalayak ramai dan bergabung kepada mazhab Ahlus Sunnah Wal-Jamaah. Beliau secara terang-terangan menantang dan menolak paham Mu'tazilah dengan dalil-dalil yang tegas. Mazhab Al-Asyaairah ini terkenal di Iraq pada awal abad ke IV H.

Mereka telah memperluas pembahasan ilmu kalam dan dalam menetapkan pembahasannya berdasarkan dalil-dalil akal dengan mengutamakan dalil-dalil naqli (Al'Quran dan Hadis) dan tidak terlalu mendalami ayat-ayat al-Mutasyabihat. Pendapat Imam Abul Hasan Al-Asy'ari mendapat dukungan kuat dari ulama-ulama di seluruh dunia, sehingga kitab-kitab karangan beliau tetap menjadi maraaji' mazhab Ahlussunnah Wal-Jamaah di seluruh  dunia sampai saat ini.


Golongan Al-Maturidiyah ( مذهب الماتريدية )

Golongan selanjutnya adalah Al-Maturidiyah, pengikuti Imam Abu Mansur Al-Maturidi, golongan ini pertama kali muncul di negeri Khurasani bersamaan munculnya golongan Asyaairah di Iraq.

Corak pemikiran antara golongan Al-Asyaairoh dengan Al-Maturidiyah tidak ada perbedaan pokok, perbedaannya. kalaupun ada perbedaan tidak sampai pada persoalan yang prinsip. Abu Mansur Al-Maturidiyah merupakan pembela Ahlussunnah Wal-Jamaah dari pertentangan dengan golongan Mu'tazilah. Kedua golongan ini hidup semasa dan mempunyai tujuan yang  sama yaitu membendung dan melawan golongan Mu'tazilah. Al-Asyaairah yang berkembang di Bashrah dan Iraq berupaya menentang perkembangan Mu'tazilah. dan Al-Maturidiyah menghadapi Mu'tazilah di negerinya yaitu Samarkand dan Iran pada umumnya.

Pengikuti Maturidiyah telah memberanikan diri untuk mencoba menafsirkan ayat-ayat yang mutasyabihat seperti firman Allah dalam QS. Thoha : 5
ٱلرَّحۡمَٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ
Terjemahnya: (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy. 
Arsy bukan berarti tahta atau singgasana, tetapi Arsy merupakan kebesaran dan keagungan Allah Swt.

Ketiga mazhab inilah yang diakui sebagai mazhab dalam golongan Ahlussunnah Wal-Jamaah yang merepresentasikan Islam jalan tengah di dalam Ilmu Kalam.

Sumber Bacaan:
KH. Syukron Ma'mun, Risalah Pemantapan Ahlissunnah Wal-Jamaah, (Tanpa Penerbit; Jakarta, 1988)

No comments:

Post a Comment