Sunday, April 26, 2020

MADRASAH RAMADHAN "ANTARA CINTA DAN BANGGA DIRI"

Salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah akal dan kehendak. Kedua potensi tersebut sungguh sangat menakjubkan karena berkat keduanya manusia mampu menggapai puncak peradaban dan menundukkan keadaan. Bahkan hampir dapat menguasai dan mengatur prose perubahan yang terjadi.

Selain kedua fitrah tersebut di atas, ada satu lagi fitrah alamiah yang secara primordial menjadi pusat konsentrasi semua instrumen dalam diri manusia yaitu "Cinta". Dari cinta kepekaan sosial, rasa kasih sayang terhadap sesama itu muncul.

Penyebab runtuhnya bangunan persaudaraan adalah ketika penyakit egoisme dan ashabiyah mulai menyeruak ke dalam komunitas persatuan umat. penyakit seperti digolongkan sebagai musyrikin. penyakit ini dapat merusak seluruh struktur bangunan cinta dan persaudaraan karena dasar bahwa dirinyalah yang paling benar. inilah yang kemudian disebut sebagai bangga diri, dirinya yang paling benar, yang lain salah. hanya dia yang ingin menang
Penyakit egoisme bukan hanya terjangkit kepada orang-orang yang malas beribadah, kepada orang yang rajin beribadah pun cenderung terjangkiti penyakit egoisme yang seperti ini.

Umat Islam selama ini cenderung keliru mengartikan ibadah dengan membatasinya pada ibadah-ibadah ritual. Betapa banyak umat Islam yang disibukkan dengan urusan ibadah mahdah, sibuk dengan ibadah mereka dan memaksakan kehendak harus tetap sholat di mesjid walaupun dalam kondisi wabah yang mematikan dan mengabaikan penyakit, kelaparan, kesengsaraan dan kesulitan hidup yang diderita oleh saudara-saudaranya yang lain. Betapa banyak orang Islam yang dengan khusuk meratakan dahinya di atas sajadah, sementara saudara yang lain disekitar mereka digerogoti wabah, kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi dan berjuang keluar dari kesengsaraan dan wabah.

Padahal Rasulullah Saw bersabda: "Seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh, ketika satu bagian yang sakit maka bagian yang lainnya akan ikut merasakan sakitnya.


Rasulullah telah menyampaikan bahwa "Perumpamaan kaum mukminin dalam hal jalinan kasih sayang, kecintaan dan kesetiakawanan, sama seperti satu tubuh, yang bila salah satu anggotanya mengeluh karena sakit, maka seluruh anggota lainnya menunjukkan simpatinya dengan berjaga semalaman dan menanggung panas karena demam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Seiring dengan wabah corona yang telah menyerang dunia hingga ke negeri kita yang tercinta, Indonesia, penyakit yang telah meluluh lantakkan seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. hingga akhirnya memaksa para Ulama dan Pemerintah mengeluarkan himbauan untuk social distancing, tinggal dirumah saja beribadah, semua tempat-tempat ibadah ditutup sementara karena khawatir penyebaran virus yang massif terjadi. dan berbagai himbauan lainnya yang terkait dengan wabah covid-19 ini.

Lalu, ada diantara saudara-saudara kita yang masih saja ngotot untuk beribadah di Mesjid. Mungkinkah mereka beribadah di mesjid khusuk dan ikhlas karena Allah? sehingga tidak ada tempat yang aman selain di mesjid. Rumah bagi mereka mungkin tidak afdhal untuk sholat berjamaah dengan keluarganya. Jangan egoislah? Ataukah mereka menunaikan sholat berjamaah di mesjid seperti karena ingin membangga-banggakan (riya) ibadah yang mereka lakukan, (semoga saya salah), Sayidina Ali Karramallahu Wajhah berkata: "ada tiga tanda orang yang riya, dia rajin beribadah bila ada orang yang melihatnya, dia malas bila sendirian, dan dia sangat senang jika dipuji dalam urusannya.

Semua orang sangat berharap bisa keluar dari wabah yang mendera dunia dan negeri kita. 
Semua orang berharap dan rindu bisa kembali berjamaah di mesjid dan musholla
Semua orang berharap agar seluruh kehidupan ini kembali normal

Tapi karena wabah covid-19 ini memaksa kita harus beribadah dan berdoa dirumah. Bukan berarti bahwa beribadah dirumah itu tidak afdhal. Beribadah dirumah sesungguhnya tidak mengurangi kecintaan kita kepada Allah, kepada Rasul dan Saudara-saudara kita yang lain. beribadah dirumah adalah sebuah pelajaran bagaimana agar kita bisa semakin dekat dengan keluarga kita, sholat bareng, makan bareng, ngaji bareng dan lain-lain sebagainya. Semoga dengan wabah covid-19 ini kita bisa melakukan introspeksi diri, melakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan kita selama ini. Mari jaga diri dan jaga Saudara kita yang lain karena CINTA.

Wallahu A'lam Bisshawab

Sumber Bacaan:
  1. Jalaluddin Rakhmata, Islam Alternatif
  2. Rudhy Suharto (Editor), Renungan Jum'at; Penyuluh Akhlakul Karimah
  3. Badruddin, Konsep Ikhlas Dalam Al-Qur'an (Skripsi)
  4. Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtarul Ahaadits (Kitab)
Oleh :
Tim Pena Cendekia7

No comments:

Post a Comment