Wednesday, April 29, 2020

MADRASAH RAMADHAN "SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA"

Di suatu hari Nabi Muhammad Saw. berkumpul bersama para sahabat-sahabatnya, Nabi bertanya siapakah perempuan yang paling mulia? Perempuan yang bagus, paling mulia itu seperti apa? Para sahabat Nabi bingung menjawab, ada yang menjawab mungkin perempuan yang mulia itu adalah yang baik sholatnya, mungkin yang baik puasanya dan semuanya mengatakan mungkin... mungkin dan mungkin! mereka pada bingun, menoleh ke kanan dan ke kiri mereka tidak mampu menjawab perempuan yang mulia itu seperti apa?. Mereka belum bisa menjawab dengan tegas dan benar, Sayidina Ali Karramallah Wajhah juga tidak mampu menjawab. Semuanya pulang ke rumah masing-masing, sampai di rumah Sayyidatina Fatimah Zahra seperti kebiasaan wanita sholehah kalau suaminya datang  yang ditanya adalah dapat ilmu? bukan bertanya dapat duit berapa?

Sayyidah Fatimah bertanya, "Wahai suamiku apa yang engkau dapat dari ayahanda (Rasulullah)? Sayyidina Ali menjawab, "kami dapat banyak, cuma kami juga dapat pertanyaan yang kami semua tidak bisa menjawab. Pertanyaan apa? "perempuan yang paling mulia itu seperti apa? Dijawab oleh Sayyidah Fatimah, "Aku punya jawabannya", Apa? Dibisiklah Sayyidina Ali, seketika itu mata Sayyidina Ali berbinar-binar, senang, wajahnya berseri-seri. Aku menemukan jawaban, pasti aku nanti dibanggakan oleh Rasulullah karena sudah punya jawaban.

Keesokan harinya, ketemu lagi dengan Nabi, "siapa yang sudah punya jawabannya? Para sahabat masih bingung. Tiba-tiba Sayidina Ali berkata, "kami sudah punya jawabannya ya Rasulullah". Siapa perempuan yang paling mulia? dijawab, perempuan yang paling mulia adalah yang tidak pernah melihat laki-laki dan tidak pernah dilihat laki-laki.

Rasulullah paham siapa yang kasih tahu! siapa yang kasih tahu? Sayyidina Ali menjawab, yang ngasih tahu tentu orang yang paling dekat denganmu ya Rasulullah, Sayyidah Fatimah yang membisikkan bahwasanya perempuan yang paling mulia adalah perempuan yang tidak pernah melihat laki-laki dan tidak pernah dilihat oleh laki-laki'. Maknanya apa? Bukan tidak melihat seperti ini, maknya apa? kalau dilihat laki-laki merasa nggak senang, dan kalau ada laki-laki tidak penasaran, siapa itu, oh hidungnya... bukan itu, itu rendah... dan perempuan mulia itu adalah pada saat diperhatikan oleh laki-laki merasa tidak nyaman, malu kalau dilihat, bukan justru sebaliknya memperlihatkan sesuatu yang bisa mengantarkan kepada kemaksiatan, yang seperti ini adalah perempuan-perempuan rendah. namun, kalau ada perempuan diperhatikan atau dilihat oleh laki-laki ia merasa risih, malu, sesungguhnya itu iman, itu perempuan mulia.

Perempuan yang mulia itu adalah mereka yang mampu menjaga kehormatannya, bukan mereka yang sebaliknya harus mengurung diri di kamar, karena alasan  bukan muhrim dan sebagainya. keluar rumah sederhana menampilkan pakaian apa adanya tidak memancing hasrat laki-laki dan yang terpenting adalah menjaga kehormatan diri dan keluarga Inilah yang dicontohkan oleh Sayyidah Fatimah.

Sosok Sayidah Fatimah as yang mulia yang dilahirkan di dalam rumah kenabian dimana wahyu dan pesan-pesan Ilahi di turunkan, Ia dibesarkan dan dididik oleh manusia yang paling sempurna di muka bumi ini. Sayyidah Fatimah as. disinari oleh cahaya kenabian, dan dia pun memancarkan cahaya kebenaran yang terus memancar hingga hari ini. Sayyidah Fatimah yang memiliki banyak gelar seperti : Zahra, Shiddiqah, Thaahirah, Zakiyyah, Muhaddatsah, Rodhiyah, Mardhiyah dan lain sebagainya yang kesemuanya itu menunjukkan kemuliaan dan keagungan pribadi Sayyidah Fatimah as.

Sayyidah Fatimah as merupakan teladan seluruh manusia. Perempuan yang merupakan jelmaan segenap esensi insani. Beliau dengan tingkat kesempurnaannya sebagai insan kamil, merupakan teladan bagi seluruh manusia, baik laki-maupun perempuan. Bukan itu saja, keteladanan beliau pun selain "lintas gender" atau tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu, juga  "lintas masa" atau tidak dibatasi oleh masa dan waktu tertentu. Dimensi-dimensi keteladanan beliau yang sempurna dan aplikatif akan senantiasa hidup dan baru di setiap masa, serta mampu menjawab tantangan dan tuntutan masa.

Semakin tinggi spritual seseorang maka semakin luas pula radius dan kapasitas otoritas yang Allah Swt berikan kepadanya. Rasulullah Muhammad Saw adalah makhluk termulia yang Allah Swt ciptakan yang memiliki keluhuran tingkat spritual tak tertandingi oleh makhluk mana pun sehingga pengutusan beliau bersifat rahmatan lil alamin. Sementara Sayyidah Fatimah as yang disebutkan dalam beberapa sumber hadis shohih seperti, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Turmidzi, Mustadrak Shahihain,  adalah belahan jiwa Rasulullah, "Fatimah belahan jiwaku..."

Hal tersebut meniscayakan Sayyidah Fatimah as memiliki kapasitas yang mirip ayahandanya, sehingga beliau dinyatakan sebagai sayyidatun nisail 'alamin, penghulu segenap para perempuan di alam ini.

Rasulullah Saw dalam berbagai ungkapan memperkenalkan Sayyidah Fatimah as. Terdapat dalam satu riwayat shahih yang sangat mengagumkan yang menyebut putrinya sebagai jelmaan sifat jalaliyah dan jamaliyah Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda, Wahai Fatimah, sesungguhnya Allah akan murka karena kemurkaanmu, dan akan rida karena keridhaanmu. (Mustadrak al-Shahihain, Jil. 3, hal 153)

Sayyidah Fatimah as memiliki kemiripan dengan Sayyidah Maryam as yang menunjukkan keagungan dan kedudukannya sangat tinggi di sisi Allah Swt. Kemiripan itu adalah sama-sama mendapatkan hidangan dari surga. Pada suatu hari, Nabi Muhammad Saw mengunjungi rumah anaknya Sayyidah Fatimah as. hari itu di rumah Sayyidah Fatimah tidak ada makanan sedikit pun. Imam Ali Karramallahu Wajha keluar untuk membeli bahan makanan dengan meminjam uang beberapa dinar. Namun, dalam perjalanan beliau bertemu dengan seorang yang kepalaran, akhirnya beliau pun memberikan uang tersebut kepadanya dan kembali ke rumah dengan tangan kosong.

Sementara di rumah, Sayyidah Fatimah as tak tega melihat kesedihan kedua anaknya, Hasan dan Husain karena kelaparan. Menyaksikan hal itu beliau pun bergegas mengambil air wudhu dan mendirikan sholat untuk memohon kepada Allah Swt dengan berdoa, "Ya Tuhanku, berkat Muhammad Nabi-Mu dan Ali putra paman Nabi-Mu. Tuhanku, turunkan hidangan atas kami dari langit sebagaimana telah Engkau turunkan atas Bani Israil.

Tiba-tiba muncullah hindangan yang aroma sedapnya memenuhi ruangan dalam rumah. Imam Ali as pun bertanya kepada Sayyidah Fatimah as saat menyaksikan hal itu, dari mana datangnya hidangan sedap ini? Ini berasal dari Allah Swt jawab Sayyidah Fatimah as kemudian Rasulullah Saw bersabda, Segala puji bagi Allah Swt. yang telah menjadikanmu dan hidanganmu seperti Maryam putri Imran dan Zakaria as yang saat masuk ke mihrab Maryam as dan mendapati hidangan di sisinya, Zakaria as berkata, 'Wahai Maryam dari manakah datangnya hidangan ini? Maryam as menjawab, ini semua berasal dari sisi Allah Swt.


Salah satu dimensi kehidupan Sayyidah Fatimah as yang mengantarkan sampai kepada maqam yang tinggi adalah kecintaanya pada ibadah. Tidak ada seorang pun yang meragukan ibadah beliau dari sisi kualitas dan kuantitas. Karena Sayyidah Fatimah sangat menikmati perjumpaannya dengan Sang Maha Pencipta di tiap-tiap sujudnya. Hasan Basri, seorang tokoh sufi menggambarkan ibadah Sayyidah Fatimah as dan berkata, "tidak aku temukan di dunia yang lebih abid dari Sayyidah Fatimah as. Beliau beribadah hingga menyerupai kaki Rasulullah Saw, kakinya membengkak."

Dimensi keteladan Sayyidah Fatimah sungguh banyak, sekiranya kita mampu meneladani setiap dimensi ibadah, dan kehidupannya, itu akan mampu membentengi kita dari berbagai krisis insani di era disrupsi dan globalisasi ini.

Wallahu A'lam Bisshawab.

Sumber Bacaan:
  1. Sibel Eraslan, Fatimah Az-Zahra; Kerinduan dari Karbala, 2014
  2. Ali Syariati, Fatimah; The Greatest Woman in Islamic History, 2008
  3. Euis Daryati, Muslimah Idol; Napak Tilas Kehidupan Para Perempuan Teladan,2015
  4. https://salam.ui.ac.id/kisah-fatimah-az-zahra/
  5. Buya Yahya, Kisah Ali dan Fatimah "Wanita Paling Yang Cantik"
Oleh:
NURDIN ZAINAL
nurdinzainal@gmail.com

No comments:

Post a Comment