Thursday, April 30, 2020

BERBUKA DITENGAH PANDEMI

Salah satu ciri khas bulan suci ramadhan adalah berbuka puasa bersama yang dilakukan di masjid maupun di tempat-tempat lainnya. Menyegarakan berbuka merupakan anjuran dan utama dilakukan bagi orang yang berpuasa dengan salah satu hikmah bahwa tubuh yang telah seharian menahan lapar dan dahaga dapat langsung menikmati hidangan berbuka tanpa penambahan waktu lagi. Menahan berbuka, dikhawatiran akan menganggu kesehatan tubuh yang dalam perspektif syariat hanya bisa bertahan sampai terbenamnya matahari. oleh sebab itu, berbuka adalah hal yang menjadi perhatian besar dalam proses ibadah puasa.

Rasulullah Saw juga menganjurkan berbuka puasa dengan yang manis-manis. Memakan buah buah-buah atau kue manis sebagai pembuka dalam berbuka puasa dapat menambah kesehatan tubuh dan menstabilkannya karena keseharian tidak mengkonsumsi apapun. Sebaliknya, dengan memakan makanan yang keras atau makanan berat, maka pencernaan dalam tubuh akan kewalahan dan tidak mampu mencerna secara berlebihan makanan tersebut. Sehingga orang yang biasanya memakan makanan berat ketika berbuka dikhawatirkan tidak mampu lagi untuk menunaikan ibadah-ibadah sholat.

Berbuka puasa bersama yang selama ini dilakukan memang mengandung beberapa manfaat antara lain: Secara personal adalah sebuah kesempatan untuk memperoleh pahala memberi makan orang yang keleparan. Sedangkang secara sosial adalah sebuah membentuk dan merajuk persatuan dan kesatuan ummat Islam. Dengan berbuka puasa bersama, maka akan terlihat kesatuan umat Islam yang bersama-sama menunggu waktu berbuka dan bersama-sama berbuka puasa.

Keutamaan memberi makan dan ancaman bagi orang yang enggan memberi makan disampaikan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam QS. Al-Maun: 1-3 Sebagai berikut:
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ  
Terjemahnya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?  Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Sedangkang dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda:
من فطر صائما كان له مثل اجره غير انه لا ينقص من اجر الصائم شيئا
Artinya: Siapa yang memberi orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.
Lalu kemudian, berbuka di tengah pandemi covid-19 hanya bersama-sama dengan keluarga inti mengurangi kesempatan beramal dan melenyapkan nikmat berbuka puasa, tidak. Sesungguhnya berbuka di tengah pandemi covid-19 hanya bersama dengan keluarga ini tidak mengurangi kenikmatan berbuka dan kesempatan untuk mendapatkan pahala melalui makanan berbuka masih ada.

Kesempatan mendapatkan pahala melalui makanan berbuka di tengah pandemi covid-19 adalah dengan cara memberikan sebagian sajian buka puasa kita kepada tetangga-tetangga terdekat. Inilah yang biasa dilakukan oleh orang tua kita terdahulu. Dan penulis masih menyaksikannya di kampung penulis begitu pula di Pulau Salebbo Kab. Pangkep tempat tugas penulis beberapa tahun lalu. "Sudah menjadi kebiasaan masyarakat ketika menjelang waktu berbuka membagi-bagikan sajian buka puasanya kepada tetangga. Sehingga saat berbuka yang tersaji sebagian menu buka puasa beraneka ragam, dan sungguh inilah tradisi yang sangat bagus dimunculkan kembali di tengah pandemi covid-19." Semoga kita bersama-sama mampu meneladani budaya orang tua kita dahulu. amin

Sumber Bacaan:
  1. Al-Qur'an dan Terjemahnya
  2. Sunan AtiTirmidzi
Oleh :
TARMIZI TAHIR
Pembina Ma'had Aly
dan Dosen IAI As'adiyah Sengkang

Wednesday, April 29, 2020

MADRASAH RAMADHAN "SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA"

Di suatu hari Nabi Muhammad Saw. berkumpul bersama para sahabat-sahabatnya, Nabi bertanya siapakah perempuan yang paling mulia? Perempuan yang bagus, paling mulia itu seperti apa? Para sahabat Nabi bingung menjawab, ada yang menjawab mungkin perempuan yang mulia itu adalah yang baik sholatnya, mungkin yang baik puasanya dan semuanya mengatakan mungkin... mungkin dan mungkin! mereka pada bingun, menoleh ke kanan dan ke kiri mereka tidak mampu menjawab perempuan yang mulia itu seperti apa?. Mereka belum bisa menjawab dengan tegas dan benar, Sayidina Ali Karramallah Wajhah juga tidak mampu menjawab. Semuanya pulang ke rumah masing-masing, sampai di rumah Sayyidatina Fatimah Zahra seperti kebiasaan wanita sholehah kalau suaminya datang  yang ditanya adalah dapat ilmu? bukan bertanya dapat duit berapa?

Sayyidah Fatimah bertanya, "Wahai suamiku apa yang engkau dapat dari ayahanda (Rasulullah)? Sayyidina Ali menjawab, "kami dapat banyak, cuma kami juga dapat pertanyaan yang kami semua tidak bisa menjawab. Pertanyaan apa? "perempuan yang paling mulia itu seperti apa? Dijawab oleh Sayyidah Fatimah, "Aku punya jawabannya", Apa? Dibisiklah Sayyidina Ali, seketika itu mata Sayyidina Ali berbinar-binar, senang, wajahnya berseri-seri. Aku menemukan jawaban, pasti aku nanti dibanggakan oleh Rasulullah karena sudah punya jawaban.

Keesokan harinya, ketemu lagi dengan Nabi, "siapa yang sudah punya jawabannya? Para sahabat masih bingung. Tiba-tiba Sayidina Ali berkata, "kami sudah punya jawabannya ya Rasulullah". Siapa perempuan yang paling mulia? dijawab, perempuan yang paling mulia adalah yang tidak pernah melihat laki-laki dan tidak pernah dilihat laki-laki.

Rasulullah paham siapa yang kasih tahu! siapa yang kasih tahu? Sayyidina Ali menjawab, yang ngasih tahu tentu orang yang paling dekat denganmu ya Rasulullah, Sayyidah Fatimah yang membisikkan bahwasanya perempuan yang paling mulia adalah perempuan yang tidak pernah melihat laki-laki dan tidak pernah dilihat oleh laki-laki'. Maknanya apa? Bukan tidak melihat seperti ini, maknya apa? kalau dilihat laki-laki merasa nggak senang, dan kalau ada laki-laki tidak penasaran, siapa itu, oh hidungnya... bukan itu, itu rendah... dan perempuan mulia itu adalah pada saat diperhatikan oleh laki-laki merasa tidak nyaman, malu kalau dilihat, bukan justru sebaliknya memperlihatkan sesuatu yang bisa mengantarkan kepada kemaksiatan, yang seperti ini adalah perempuan-perempuan rendah. namun, kalau ada perempuan diperhatikan atau dilihat oleh laki-laki ia merasa risih, malu, sesungguhnya itu iman, itu perempuan mulia.

Perempuan yang mulia itu adalah mereka yang mampu menjaga kehormatannya, bukan mereka yang sebaliknya harus mengurung diri di kamar, karena alasan  bukan muhrim dan sebagainya. keluar rumah sederhana menampilkan pakaian apa adanya tidak memancing hasrat laki-laki dan yang terpenting adalah menjaga kehormatan diri dan keluarga Inilah yang dicontohkan oleh Sayyidah Fatimah.

Sosok Sayidah Fatimah as yang mulia yang dilahirkan di dalam rumah kenabian dimana wahyu dan pesan-pesan Ilahi di turunkan, Ia dibesarkan dan dididik oleh manusia yang paling sempurna di muka bumi ini. Sayyidah Fatimah as. disinari oleh cahaya kenabian, dan dia pun memancarkan cahaya kebenaran yang terus memancar hingga hari ini. Sayyidah Fatimah yang memiliki banyak gelar seperti : Zahra, Shiddiqah, Thaahirah, Zakiyyah, Muhaddatsah, Rodhiyah, Mardhiyah dan lain sebagainya yang kesemuanya itu menunjukkan kemuliaan dan keagungan pribadi Sayyidah Fatimah as.

Sayyidah Fatimah as merupakan teladan seluruh manusia. Perempuan yang merupakan jelmaan segenap esensi insani. Beliau dengan tingkat kesempurnaannya sebagai insan kamil, merupakan teladan bagi seluruh manusia, baik laki-maupun perempuan. Bukan itu saja, keteladanan beliau pun selain "lintas gender" atau tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu, juga  "lintas masa" atau tidak dibatasi oleh masa dan waktu tertentu. Dimensi-dimensi keteladanan beliau yang sempurna dan aplikatif akan senantiasa hidup dan baru di setiap masa, serta mampu menjawab tantangan dan tuntutan masa.

Semakin tinggi spritual seseorang maka semakin luas pula radius dan kapasitas otoritas yang Allah Swt berikan kepadanya. Rasulullah Muhammad Saw adalah makhluk termulia yang Allah Swt ciptakan yang memiliki keluhuran tingkat spritual tak tertandingi oleh makhluk mana pun sehingga pengutusan beliau bersifat rahmatan lil alamin. Sementara Sayyidah Fatimah as yang disebutkan dalam beberapa sumber hadis shohih seperti, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Turmidzi, Mustadrak Shahihain,  adalah belahan jiwa Rasulullah, "Fatimah belahan jiwaku..."

Hal tersebut meniscayakan Sayyidah Fatimah as memiliki kapasitas yang mirip ayahandanya, sehingga beliau dinyatakan sebagai sayyidatun nisail 'alamin, penghulu segenap para perempuan di alam ini.

Rasulullah Saw dalam berbagai ungkapan memperkenalkan Sayyidah Fatimah as. Terdapat dalam satu riwayat shahih yang sangat mengagumkan yang menyebut putrinya sebagai jelmaan sifat jalaliyah dan jamaliyah Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda, Wahai Fatimah, sesungguhnya Allah akan murka karena kemurkaanmu, dan akan rida karena keridhaanmu. (Mustadrak al-Shahihain, Jil. 3, hal 153)

Sayyidah Fatimah as memiliki kemiripan dengan Sayyidah Maryam as yang menunjukkan keagungan dan kedudukannya sangat tinggi di sisi Allah Swt. Kemiripan itu adalah sama-sama mendapatkan hidangan dari surga. Pada suatu hari, Nabi Muhammad Saw mengunjungi rumah anaknya Sayyidah Fatimah as. hari itu di rumah Sayyidah Fatimah tidak ada makanan sedikit pun. Imam Ali Karramallahu Wajha keluar untuk membeli bahan makanan dengan meminjam uang beberapa dinar. Namun, dalam perjalanan beliau bertemu dengan seorang yang kepalaran, akhirnya beliau pun memberikan uang tersebut kepadanya dan kembali ke rumah dengan tangan kosong.

Sementara di rumah, Sayyidah Fatimah as tak tega melihat kesedihan kedua anaknya, Hasan dan Husain karena kelaparan. Menyaksikan hal itu beliau pun bergegas mengambil air wudhu dan mendirikan sholat untuk memohon kepada Allah Swt dengan berdoa, "Ya Tuhanku, berkat Muhammad Nabi-Mu dan Ali putra paman Nabi-Mu. Tuhanku, turunkan hidangan atas kami dari langit sebagaimana telah Engkau turunkan atas Bani Israil.

Tiba-tiba muncullah hindangan yang aroma sedapnya memenuhi ruangan dalam rumah. Imam Ali as pun bertanya kepada Sayyidah Fatimah as saat menyaksikan hal itu, dari mana datangnya hidangan sedap ini? Ini berasal dari Allah Swt jawab Sayyidah Fatimah as kemudian Rasulullah Saw bersabda, Segala puji bagi Allah Swt. yang telah menjadikanmu dan hidanganmu seperti Maryam putri Imran dan Zakaria as yang saat masuk ke mihrab Maryam as dan mendapati hidangan di sisinya, Zakaria as berkata, 'Wahai Maryam dari manakah datangnya hidangan ini? Maryam as menjawab, ini semua berasal dari sisi Allah Swt.


Salah satu dimensi kehidupan Sayyidah Fatimah as yang mengantarkan sampai kepada maqam yang tinggi adalah kecintaanya pada ibadah. Tidak ada seorang pun yang meragukan ibadah beliau dari sisi kualitas dan kuantitas. Karena Sayyidah Fatimah sangat menikmati perjumpaannya dengan Sang Maha Pencipta di tiap-tiap sujudnya. Hasan Basri, seorang tokoh sufi menggambarkan ibadah Sayyidah Fatimah as dan berkata, "tidak aku temukan di dunia yang lebih abid dari Sayyidah Fatimah as. Beliau beribadah hingga menyerupai kaki Rasulullah Saw, kakinya membengkak."

Dimensi keteladan Sayyidah Fatimah sungguh banyak, sekiranya kita mampu meneladani setiap dimensi ibadah, dan kehidupannya, itu akan mampu membentengi kita dari berbagai krisis insani di era disrupsi dan globalisasi ini.

Wallahu A'lam Bisshawab.

Sumber Bacaan:
  1. Sibel Eraslan, Fatimah Az-Zahra; Kerinduan dari Karbala, 2014
  2. Ali Syariati, Fatimah; The Greatest Woman in Islamic History, 2008
  3. Euis Daryati, Muslimah Idol; Napak Tilas Kehidupan Para Perempuan Teladan,2015
  4. https://salam.ui.ac.id/kisah-fatimah-az-zahra/
  5. Buya Yahya, Kisah Ali dan Fatimah "Wanita Paling Yang Cantik"
Oleh:
NURDIN ZAINAL
nurdinzainal@gmail.com

Tuesday, April 28, 2020

MADRASAH RAMADHAN "KETELADANAN SAYYIDAH MARYAM AS"

Salah satu perempuan agung yang Nabi Muhammad Saw sebutkan dalam hadisnya adalah Sayyidah Maryam as. Kemuliaan dan keistimewaannya sudah tidak dapat diragukan lagi. Saking mulianya hanya dia perempuan yang namanya dijadikan nama surah dalam Al-Qur'an al-Kariem.

Sayyidah Maryam as merupakan putri dari Imran bin Saman dan ibunya bernama Hannah keduanya yang berasal dari keturunan dari Bani Israil. Ayahanda Sayyidah Maryam as adalah seorang nabi kaum Bani Israil dan Imam besar Baitul Maqdis. Suatu hari Imran bermimpi dikaruniai seorang anak laki-laki yang memiliki ciri-ciri dapat menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, menghidupak orang mati dan diangkat seorang nabi di tengah Bani Israil.

Lalu kemudian mimpinya tersebut ia ceritakan kepada istrinya. Hannah, terkejut mendengar cerita mimpi suaminya. Dari cerita sang suami akhirnya mendorongnya bernadzar kepada Allah, jika mimpi tersebut terwujud, maka dia akan menjadikan putranya sebagai pelayan di Baitul Maqdis. Nadzar tersebut diabadikan di dalam QS. Al-Imran: 35
إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرٗا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ 
Terjemahnya: (Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Setelah sekian lama belum dikaruniai seorang anak. Akhirnya, Allah Swt. mewujudkan harapan mereka untuk memiliki anak, dan dengan kebesaran-Nya Hannah pun hamil dan jani yang berada di rahimnya tumbuh kembang dengan sehat. Imran dan Hannah menanti kehadiran sang buah hati dengan penuh harap dan cemas. Namun, Hannah tidak menyangka akan mendapatakan ujian besar di saat penantian kelahiran sang buah hati tercinta. Imran, suaminya meninggal dunia sebelum kelahiran sang buah hatinya.

Sepeninggal sang suami, Hannah dirundung kesedihan atas kepergian suaminya yang tercinta. Ia sadar bahwa anaknya adalah hasil dari buah cinta dengan Imran, mendorongnya untuk kuat dan tegar demi menjemput kelahiran sang buah hati.

Waktu melahirkan pun tiba. Kerabat keluarga telah berkumpul dan mempersiapkan segala kebutuhan persalinan. Hannah berjuang melahirkan sang buah hati tanpa kehadiran suami tercinta dan akhirnya lahirlah sang buah hati mungil. Suara tangis bayi pun pecah.

Setelah mengetahui bahwa anak yang dilahirkan adalah seorang perempuan, Dia tampak sedih sekali. Karena berdasarkan mimpi suaminya bayi yang akan lahir seharusnya anak laki-laki dan karena mimpi tersebut ia bernazar untuk menghadiahkan anaknya menjadi pelayan di Baitul Maqdis, "Tuhanku, aku menginginkan seorang anak laki-laki agar aku dapat menepati janjiku untuk menjadikannya pelayan rumah suci-Mu, Baitul Maqdis. Dengan hal itu aku dapat bersyukur kepada-Mu dan mendapat keridhaan-Mu.

Allah berfirman di QS. Al-Imran: 36
فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّي سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَإِنِّيٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ  
Terjemahnya: Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".
Sebagai seorang ibu, Hannah kebingungan melahirkan seorang anak perempuan yang ia sangat yakin bahwa seorang anak perempuan sangat berbeda dan tidak sekuat dengan anak laki-laki. tentu untuk menjadi seorang pelayan tempat ibadah harus kuat dan dapat merawat rumah ibadah dengan baik. Tekadnya sudah kuat, ia tidak dapat menentang ketentuan Tuhan. Dia harus menerima takdir dan menghadiahkan anaknya untuk menjadi pelayan Baitul Maqdis.

"Maryam", adalah nama yang diberikan Hannah kepada anaknya dengan harapan sang putri akan menjadi orang yang sangat bertaqwa dan ahli ibadah. Maryam adalah sebuah nama dalam bahasa Aram, yang asalnya Mary Ama. Mary artinya Tuhan.  Ama semakna dengan amatun (dalam bahasa Arab) artinya hamba perempuan. Nama Mary Ama memiliki arti hamba (perempuan) Tuhan.

Sayyidah Maryam as menjalani kehidupan masa kecilnya bersama ibundanya dalam sebuah keluarga yang mulia, hingga dia berusia lima tahun, lantas sang ibu membawanya dan menyerahkannya ke haikal (rumah Allah) sebagaimana yang telah di nazarkan sebelumnya. ini adalah untuk pertama  kalinya sekaligus menjadi yang terakhir kalinya seorang perempuan menjadi pelayan yang berkhidmat di rumah ibadah. Karena ayah Maryam telah meninggal sehingga harus ada orang yang mengurusinya selama di rumah ibadah, maka dilakukan pengundian dan keluarlah nama Zakariyah, suami kakak Maryam, Elizabeth.

Baca juga : PEREMPUAN TELADAN SAYYIDAH KHADIJAH AL-KUBRO AS

Sayyidah Maryam as tumbuh besar dibawah naungan bimbingan dan kasih sayang Nabi Zakariyah as dan istrinya. Beliau telah melewati tahapan-tahapan kesempurnaan jasmani dan rohani sampai siap untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Beliau tenggelam dalam kenikmatan ibadah sampai-sampai Ibnu Abbas dalam menggambarkan ibadahnya meyatakan bahwa pada usia sembilan tahun, hari-harinya dipenuhi dengan ibadah puasa, sementara malam-malanya diisi dengan sholat dan munajat kepada Sang Mahakuasa. Sayyidah Maryam as. memiliki berbagai keramat dan kelebihan yang dianugerahkan Allah Swt. kepadanya.

Di dalam Al-Qur'an banyak disebutkan keagungan dan keteladan Sayidah Maryam as :
QS. Al-Imran: 37
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٖ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنٗا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّاۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ  
Terjemahnya: Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
QS. Al-Imran: 42-43
وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصۡطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَٰلَمِينَ يَٰمَرۡيَمُ ٱقۡنُتِي لِرَبِّكِ وَٱسۡجُدِي وَٱرۡكَعِي مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ  
Terjemahnya: Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'.
QS. Al-Imran: 45-46
إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ وَيُكَلِّمُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ وَكَهۡلٗا وَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ  
Terjemahnya: (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh".
QS. Maryam: 18-26
قَالَتۡ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّٗا قَالَ إِنَّمَآ أَنَا۠ رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَٰمٗا زَكِيّٗا قَالَتۡ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞ وَلَمۡ أَكُ بَغِيّٗا قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞۖ وَلِنَجۡعَلَهُۥٓ ءَايَةٗ لِّلنَّاسِ وَرَحۡمَةٗ مِّنَّاۚ وَكَانَ أَمۡرٗا مَّقۡضِيّٗا ۞فَحَمَلَتۡهُ فَٱنتَبَذَتۡ بِهِۦ مَكَانٗا قَصِيّٗا فَأَجَآءَهَا ٱلۡمَخَاضُ إِلَىٰ جِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ قَالَتۡ يَٰلَيۡتَنِي مِتُّ قَبۡلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسۡيٗا مَّنسِيّٗا فَنَادَىٰهَا مِن تَحۡتِهَآ أَلَّا تَحۡزَنِي قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيّٗا وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنٗاۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلۡبَشَرِ أَحَدٗا فَقُولِيٓ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمٗا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيّٗا  
Terjemahnya: Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa". Ia (jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan".  Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,  maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
QS. Maryam: 28-32
يَٰٓأُخۡتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمۡرَأَ سَوۡءٖ وَمَا كَانَتۡ أُمُّكِ بَغِيّٗا فَأَشَارَتۡ إِلَيۡهِۖ قَالُواْ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي ٱلۡمَهۡدِ صَبِيّٗا قَالَ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيّٗا وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيّٗا وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا شَقِيّٗا  
Terjemahnya: Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"  Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Itulah keagungan Sayidah Maryam as dan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah Swt. telah mendatangkan berbagai mukjizat dan pertolongan dari-Nya. Keagungan dan kemuliaan ini di dapat Sayyidah Maryam as karena usaha dan kecintaannya kepada Allah Swt. Rahim yang suci telah menjadi tempat tumbuh kembangnya calon seorang Nabi yang agung.

Gelar yang disematkan kepada Sayyidah Maryam as yaitu:
  • Shiddiqah (Perempuan jujur, benar dalam perkataannya)
  • Muhaddatsah (seorang yang dapat berbicara dengan malaikat)
  • 'Abidah (Seorang ahli ibadah)
  • "Adzra (Seorang perempuan perawan)
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari keteladan dan keagungan dari Sayyidah Maryam as. Amin
Wallahu A'lam Bisshawab

Sumber Bacaan:
  1. Euis Daryati, Muslimah Idol; Napak Tilas Kehidupan Para Perempuan Teladan, 2015
  2. Sela Viviyani, Kisah Shahabiyah; Maryam binti Imran (Artikel) bisa juga dilihat di https://salam.ui.ac.id/kisah-maryam-binti-imran/ 
Oleh:
NURDIN ZAINAL
nurdinzainal@gmail.com

Monday, April 27, 2020

MADRASAH RAMADHAN "PEREMPUAN TELADAN SAYYIDAH KHADIJAH AL-KUBRO AS"

Sepanjang sejarah, khususnya pada era disrupsi, pengalaman masa lalu telah membuktikan kaum kolonial menancapkan cakarnya dengan jalan mengeksploitasi kaum perempuan. Perempuan adalah tonggak penting dalam tatanan masyarakat, dan mereka mengeksploitasinya secara buruk. Mereka melakukan dengan berbagai cara dan sarana demi mengukuhkan peradaban mereka, dengan menempatkan perempuan-perempuan yang gemar berfoya-foya, yang tidak berguna, sebagai ikon dan teladan bagi kaum perempuan di seluruh dunia.

Sementara dalam Islam, perempuan diperkenalkan sebagai teladan ideal. Islam memberikan petunjuk yang sempurna terhadap persoalan ini. Islam juga membedakan gambaran perempuan yang hakiki dan benar  dari gambaran yang palsu. Islam telah menetapkan rambu-rambu supaya para pengikutnya tidak meniru membabi-buta dan tidak mengikuti ikon palsu dan nirmakna.

Dalam realitas kehidupan sehari-hari misalnya, setiap orang pada setiap level kehidupannya, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa bahkan hingga orang tua sekalipun dalam berprilaku tidak pernah lepas dari pengaruh orang yang diidolakan atau diteladani. Kalau pun ada perbedaan hanya pada tingkat intensitasnya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Multatuli bahwa "tugas manusia itu adalah menjadi manusia". Artinya bahwa untuk menjadi seorang manusia yang baik paling tidak membutuhkan seorang teladan yang memang betul-betul paham dan mengerti bagaimana menjadi manusia.

Fitrah manusia yang memerlukan teladan kembali pada fitrah "hubb al-kamal" atau cinta kesempurnaan. Secara natural manusia menyukai dirinya sempurna. Untuk mencapai hasratnya tersebut, dia akan mencari sosok yang menurutnya telah mencapai kesempurnaan. Mereka adalah sosok-sosok yang telah melewati berbagai tahapan kehidupan hingga mencapai puncak kesempurnaan, itulah mereka "Insan Kamil".

Perempuan yang harus dijadikan panutan dan teladan adalah manusia yang telah mencapai kesempurnaan. Manusia yang karena kesempurnaannya dijadikan teladan bagi kafilah lainnya yang ingin mencapai kesempurnaan. Sudah pasti sebagai manusia awam kita diperintahkan meneladani manusia-manusia pilihan seperti Maryam as, Sayyidah Khadijah as, Sayyidah Fatimah Zahra dan masih banyak lagi perempuan-perempuan yang sangat luar biasa lainnya yang telah mencapai puncak kesempurnaan. Mereka perempuan yang memiliki tekad kuat, kemandirian dan iman yang kokoh. mereka adalah sosok yang mampu melampaui tradisi di sekitarnya dan muak terhadap taklid buta. Mereka telah benar-benar mendobrak ajaran dan tradisi yang salah kaprah, dan menolak menerima dan ataupun menjalankannya. Perempuan-perempuan seperti merekalah representasi yang hakiki dan benar. kehidupan merekalah yang patut dijadikan suri teladan. 

Sebagaimana yang dipahami oleh Plato bahwa manusia sempurna lebih mencintai kebijaksanaan daripada yang lain, meskipun dia sendiri tidak termasuk orang yang bijaksana. Pengetahuan dan kebijaksanaan adalah milik Kebenaran dan Ide dan bukan milik sesuatu yang dapat di indera, fenomena formal dan semuanya  itu berada dalam naungannya.

Menurut Mulla Shadra bahwa semua makhluk adalah hasil emanasi dari diri-Nya; esensinya adalah tujuan akhir dan akhir dari alam dalam siklus arah menaik (ascent) dimana semua eksistensi menuju dan mengarah pada-Nya.

Arobindo mengklaim bahwa satu-satunya tujuan manusia adalah kebahagiaan yang merupakan manifestasi spiritnya, walaupun dia kelihatannya tidak memiliki tujuan karena tidak memiliki ktertarikan, hasrat dan keinginannya namun bukan berarti dia tidak memiliki kebahagiaan, karena spirit kebahagiaan telah mendasari keseluruhan kehidupannya. 

Sayangnya, manusia mungkin salah dalam menentukan seorang teladan. sehingga tidak mampu menemukan jejak-jejak keteladanan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari. Menurut Mishbah Yazdi bahwa seseorang yang salah dalam menentukan seorang teladan karena beberapa faktor:
  1. Kesalahan dalam menentukan wujud luar kesempurnaan. Kesalahan itu bersumber pada cara pandang. Bila cara pandangnya berangkat dari materialistis yang cenderung menilai kesempurnaan bersifat lahiriyah, maka dia akan mengidolakan orang yang sempurna secara lahiriyah seperti orang kaya, selebritis dan lainnya.
  2. Kesalahan dalam menentukan teladan sempurna. Kesalahan ini bersumber pada keterbatasan pengetahuan manusia. Seseorang tidak salah dalam menentukan ekstensi kesempurnaan. Misalnya dia tahu bahwa ilmu merupakan salah satu ekstensi kesempurnaan. Namun, dia bisa salah dalam menentukan sosok yang memiliki kesempurnaan tersebut, sehingga yang tidak berilmu dianggap berilmu. Karena mungkin saja seseorang karena kepiawaiannya dalam berbicara, oleh orang lain dianggap sebagai orang alim atau ustadz.
  3. Kesalahan dalam menentukan batasan dan wilayah keteladan, yaitu apakah seseorang yang diteladani itu mempunyai kapasitas untuk diteladani dalam segala hal ataukah hanya pada bidang tertentu?
Karena itu, menentukan seorang teladan ideal sangat bergantung pada pengetahuan atas tiga hal; Pengetahuan akan eksistensi atau mishdaq kesempurnaan, pengetahuan akan eksistensi dan wujud  luaran sosok yang sempurna, dan pengetahuan pada wilayah dan kapasitas keteladan.

Yuk, kita simak salah satu hadis Rasulullah. Rasulullah Saw bersabda: "Empat perempuan penghuni surga terbaik adalah; Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim, istri Fir'aun."

Sayyidah Khadijah binti Khuwailid

Dalam berbagai literatur tentang Sayyidah Khadijah, tidak dipungkiri kemuliaan dan keteladanannya sungguh sangat luar biasa. Kemuliaan Sayyidah Khadijah as. bukan hanya karena nasabnya, namun karena sifat-sifatnya yang sungguh terpuji nan mulia. Sehingga ada banyak gelar dan julukan disematkan kepada Sayyidah Khadijah yang menunjukkan kemuliaannya, seperti Thahirah (perempuan suci), Mubarakah (perempuan yang berkah) dan lainnya.

Sebagai orang yang sangat dermawan, Sayyidah Khadijah as memiliki kepedulian terhadap orang lemah sangat tinggi. Beliaupun menjadi tumpuan harapan orang-orang lemah dan menjadi tempat perlindungan setiap anak yatim yang  tak memiliki tempat bersandar dalam hidupnya.

Setelah mengetahui keistimewaan dan keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad Saw. Sayyidah Khadijah as tertarik kepada Nabi Muhammad Saw yang menurutnya bukanlah orang biasa, tapi seorang yang sangat mulia dan memiliki derajat yang agung. Hingga akhirnya terbersit dalam hatinya ingin menikah dengan Nabi Muhammad Saw.

Salah satu riwayat menyebutkan bahwa melalui perantara Nafisah-lah, (teman dekat Sayyidah Khadijah as) hubungan Nabi Muhammad Saw dengan Sayyidah Khadijah terjalin. Suatu hari, Sayyidah Khadijah as tengah termenung memikirkan keistimewaan dan kemuliaan diri Nabi Muhammad Saw. Sayyidah Khadijah as tidak dapat menyembunyikan semua rasa ketertarikan hatinya kepada Nabi Muhammad Saw. Tiba-tiba masuklah Nafisah, teman dekatnya melihat kondisi Sayyidah Khadijah as seperti itu. Sayyidah Khadijah as berusaha menyembunyikan semua perasaannya dan berusaha tampil wajar dan biasa-biasa saja. Namun, Nafisah tidak dapat dibohongi. Dia sangat mengenal kepribadian Sayyidah Khadijah as. karena saking dekatnya, dia dapat memahami dan mengetahu perasaan sahabatnya yang selalu berusaha untuk menutupinya, sampai akhirnya kata hati itupun terungkap.

Wahai Sahabatku, jangan engkau siksa dirimu karena kesedihanmu. Ini hal yang mudah. Aku berjanji kepadamua untuk berbicara dengannya tentang cinta tulusmu ini. Yakinlah, aku akan berusaha membantumu semampuku.

Hingga akhirnya suatu hari, Nafisah menemui Nabi Muhammad Saw. dalam kondisi sedang bertafakkur. Nafisah mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Saw. dan memulai pembicaraan.

"Wahai Muhammad, usiamu sudah melampaui dua puluh tahun dan engkau masih sendiri, kenapa engkau tidak berniat untuk menikah?"

Nabi Muhammad Saw terdiam tidak menjawab. Beliau menundukkan kepala dan kemudian merenung. Nafisah tidak diam begitu saja saat melihatnya seperti itu. Dia melanjutkan pembicaraannya hingga akhirnya Nabi Muhammad Saw menjawab dengan tersenyum malu.

"Aku tidak memiliki harta yang cukup untuk melakukan ini..."

Kesempatan ini diambil Nafisah untuk menyampaikan tujuan kedatangannya dengan mengenalkan Sayyidah Khadijah as untuk dinikahinya.

"Apa yang dapat aku sampaikan, bagaimana jika aku kenalkan seorang perempuan baik dan terhormat kepadamu untuk menjadi istrimu? Dia adalah Khadijah, perempuan Quraisy, tidak ada seorang perempuan Quraisy dan Mekkah pun yang menyamainya."

Akhirnya Nabi Muhammad Saw menyetujui usulan Nafisah, kemudian beliau menyampaikan hal tersebut kepada Abu Thalib pamannya.

Abu Thalib selalu memikirkan kebahagiaan keponakannya ini. Beliau juga meyakini akan masa depan keponakannya yang akan menjadikan manusia  agung. Karena itu, beliau menyetujui pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah as. Di kesempatan lain, Abu Thalib bersama Hamzah dan Nabi Muhammad Saw pergi menuju rumah Sayyidah Khadijah as untuk membicarakan tentang persiapan pernikahan Nabi Muhammad Saw dengan Sayyidah Khadijah as.

Setelah semuanya selesai dibicarakan, Sayidah Khadijah as pun dilamar oleh Nabi Muhammad Saw, dan dinikahinya. Abu Thalib membacakan Khotbah nikah mereka. Nabi Muhammad Saw dan Sayyidah Khadijah as pun resmi menjadi suami-istri. Allah Swt. berkehendak mereka hidup berdampingan. Disebutkan dalam riwayat bahwa setelah selesai acara nikah, Nabi Muhammad Saw. hendak pergi bersama Abu Thalib. Saat itu Sayyidah Khadijah as dengan penuh sopan santun mengatakan, "selamat datang di rumahmu. Inilah rumahmu, dan sekarang aku juga pelayanmu."

Setelah menikah, mereka memulai kehidupan yang baru sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sayyidah Khadijah as sangat memahami kedudukannya sebagai seorang istri, beliau tidak pernah menghalangi aktifitas Sang Nabi, bahkan beliau mendukung sepenuh hati hingga dengan berlalunya waktu kebesaran Nabi Muhammad Saw pun mulai bergaung di seluruh penjuru Mekkah karena kedermawanannya, keluhuran prilakunya, kepeduliannya kepada sesama manusia dan kejujurannya yang membuat khalayak simpati kepadanya.

Kehebatan seorang laki-laki dalam menapaki setiap anak tangga perjuangan, tentu ada seorang perempuan hebat dibelakangnya. Sesungguhnya ada banyak keutamaan-keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Sayyidah Khadijah as. Semoga pembaca sekalian bisa menambahkan di kolom komentar sebagai pemantik bagi siapapun untuk mengetahui dan belajar dari sisi kehidupan Sayyidah Khadijah as bersama Sang Nabi yang mulia "Muhammad Saw".

Semoga Salam dari Allah dan sekalian makhluk senantiasa tercurah kepadamu, duhai Sayyidah Khadijah as.

Wallahu A'lam Bisshawab.

Sumber Bacaan:
  1. Murthada Mutahhari, Bedah Tuntas Fitrah; Mengenal jati diri, Hakikat dan potensi kita, 2011
  2. Seyyed Mohsen Miri, Sang Manusia Sempurna Antara Filsafat Islam dan Hindu, 2004
  3. Rudhy Suharto (Editor), Renungan Jumat; Penyuluh Akhlakul Karimah, 2002
  4. Euis Daryati, Muslimah Idol; Napak Tilas Kehidupan Para Perempuan Teladan, 2015
  5. Sayid Abul Qasim Dibaji, Ummul Mukminin Khadijah; Biografi Perjuangan dan Keteladanan Muslimah pertama, 2014
Oleh:
NURDIN ZAINAL

Sunday, April 26, 2020

MADRASAH RAMADHAN "ENAM ADAB PUASA"

Kali ini saya akan menulis tentang adab berpuasa yang dikutib di dalam buku "Maqasid al-Shiyam" yang ditulis oleh Syeikh Izzuddin bin Abdussalam disebutkan bahwa adab puasa ada enam, antara lain:

Pertama, Menjaga lidah dan anggota tubuh dari perbuatan yang menyimpang. sebagaimana sabda Rasulullah Saw bahwa "Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukannya, maka Allah Swt tidak butuh jika ia meninggalkan makan dan minumnya.

Kedua, Apabila diundang untuk makan, sementara ia sedang berpuasa maka hendaklah ia katakan, "aku sedang berpuasa". Sebagaimana sabda Rasulullah Saw bahwa "Apabila salah seorang dari kamu diundang untuk makan, sementara ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia katakan: "aku sedang berpuasa".

Seorang tersebut mengatakan demikian sebagai permintaan maaf kepada orang yang mengundang agar hatinya tidak kecewa. Jika takut berbuat riya maka ia tutupi dengan alasan lain.

Ketiga, Doa yang dibaca saat berbuka puasa:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الاجر إن شاء الله
Artinya: Dahaga telah sirna, urat-urat telah basah dan pahala sudah pasti, Insya Allah.
Diriwayatkan pula bahwa saat berbuka Rasulullah Saw membaca doa:

اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت
Artinya: Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezki-Mu aku berbuka.
Keempat, Makanan untuk berbuka adalah kurma basah atau kurma kering, atau air, karena diriwayatkan dari Nabi Saw bahwa beliau berbuka sebelum shalat dengan beberapa butir kurma basah. Apbila tidak ada, maka dengan kurma kering dan jika tidak ada, maka beliau meneguk beberapa teguk air.

Kelima, Menyegerakan berbuka. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. bahwa manuia senantiasa dalam kebaikan selama merka menyegerakan berbuka. Bagitu pula Rasulullah Saw bersabda:
قال الله عز وجل : أحب عبادي إلى أعجلهم فطرا
Artinya: Allah swt berfirman: Hamba-Ku yang paling aku cintai adalah yang paling cepat berbuka
Keenam, Mengakhirkan sahur. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw bahwa makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat berkah. Amr bin Maimun berkata bahwa para sahabat Muhammad Saw adalah orang-orang yang paling menyegerakan berbuka dan paling mengakhirkan sahur.

Makan sahur di akhir tiada lain untuk membantu dalam menguatkan puasa, agar tidak kepayahan karena puasa, sehingga tidak bisa melakukan banyak perbuatan taat. Antara sahur Rasulullah Saw dan sholatnya selama kira-kira lima puluh ayat. Sedangkan berbuka disegerakan karena lapar dan haus bisa menjadi membahayakan sehingga tidak ada alasan untuk memperpanjang nafsu dalam lapar dan haus, selain hal itu tidak mengandung  qurbah (ibadah).

Ada seorang ulama salaf yang cerdas pernah nampak makan di pasar, lalu ada yang bertanya tentang hal itu dan dia menjawab:

مطل الغني ظلم
Artinya: Menundanya orang kaya adalah kedzaliman.

Demikianlah adab-adab puasa yang di sampaikan oleh Syeikh Izzuddin bin Abdussalam. Semoga manfaat. 

Wallahu A'lam Bisshawab

Sumber Bacaan:
Syeikh Izzuddin bin Abdussalam, Maqasid al-Shiyam

Oleh:
Tarmizi Tahir
tarmidzi_tahir@yahoo.co.id
Pembina Ma'had Aly As'adiyah dan
Dosen IAI As'adiyah Sengkang

MADRASAH RAMADHAN "ANTARA CINTA DAN BANGGA DIRI"

Salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah akal dan kehendak. Kedua potensi tersebut sungguh sangat menakjubkan karena berkat keduanya manusia mampu menggapai puncak peradaban dan menundukkan keadaan. Bahkan hampir dapat menguasai dan mengatur prose perubahan yang terjadi.

Selain kedua fitrah tersebut di atas, ada satu lagi fitrah alamiah yang secara primordial menjadi pusat konsentrasi semua instrumen dalam diri manusia yaitu "Cinta". Dari cinta kepekaan sosial, rasa kasih sayang terhadap sesama itu muncul.

Penyebab runtuhnya bangunan persaudaraan adalah ketika penyakit egoisme dan ashabiyah mulai menyeruak ke dalam komunitas persatuan umat. penyakit seperti digolongkan sebagai musyrikin. penyakit ini dapat merusak seluruh struktur bangunan cinta dan persaudaraan karena dasar bahwa dirinyalah yang paling benar. inilah yang kemudian disebut sebagai bangga diri, dirinya yang paling benar, yang lain salah. hanya dia yang ingin menang
Penyakit egoisme bukan hanya terjangkit kepada orang-orang yang malas beribadah, kepada orang yang rajin beribadah pun cenderung terjangkiti penyakit egoisme yang seperti ini.

Umat Islam selama ini cenderung keliru mengartikan ibadah dengan membatasinya pada ibadah-ibadah ritual. Betapa banyak umat Islam yang disibukkan dengan urusan ibadah mahdah, sibuk dengan ibadah mereka dan memaksakan kehendak harus tetap sholat di mesjid walaupun dalam kondisi wabah yang mematikan dan mengabaikan penyakit, kelaparan, kesengsaraan dan kesulitan hidup yang diderita oleh saudara-saudaranya yang lain. Betapa banyak orang Islam yang dengan khusuk meratakan dahinya di atas sajadah, sementara saudara yang lain disekitar mereka digerogoti wabah, kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi dan berjuang keluar dari kesengsaraan dan wabah.

Padahal Rasulullah Saw bersabda: "Seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh, ketika satu bagian yang sakit maka bagian yang lainnya akan ikut merasakan sakitnya.


Rasulullah telah menyampaikan bahwa "Perumpamaan kaum mukminin dalam hal jalinan kasih sayang, kecintaan dan kesetiakawanan, sama seperti satu tubuh, yang bila salah satu anggotanya mengeluh karena sakit, maka seluruh anggota lainnya menunjukkan simpatinya dengan berjaga semalaman dan menanggung panas karena demam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Seiring dengan wabah corona yang telah menyerang dunia hingga ke negeri kita yang tercinta, Indonesia, penyakit yang telah meluluh lantakkan seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. hingga akhirnya memaksa para Ulama dan Pemerintah mengeluarkan himbauan untuk social distancing, tinggal dirumah saja beribadah, semua tempat-tempat ibadah ditutup sementara karena khawatir penyebaran virus yang massif terjadi. dan berbagai himbauan lainnya yang terkait dengan wabah covid-19 ini.

Lalu, ada diantara saudara-saudara kita yang masih saja ngotot untuk beribadah di Mesjid. Mungkinkah mereka beribadah di mesjid khusuk dan ikhlas karena Allah? sehingga tidak ada tempat yang aman selain di mesjid. Rumah bagi mereka mungkin tidak afdhal untuk sholat berjamaah dengan keluarganya. Jangan egoislah? Ataukah mereka menunaikan sholat berjamaah di mesjid seperti karena ingin membangga-banggakan (riya) ibadah yang mereka lakukan, (semoga saya salah), Sayidina Ali Karramallahu Wajhah berkata: "ada tiga tanda orang yang riya, dia rajin beribadah bila ada orang yang melihatnya, dia malas bila sendirian, dan dia sangat senang jika dipuji dalam urusannya.

Semua orang sangat berharap bisa keluar dari wabah yang mendera dunia dan negeri kita. 
Semua orang berharap dan rindu bisa kembali berjamaah di mesjid dan musholla
Semua orang berharap agar seluruh kehidupan ini kembali normal

Tapi karena wabah covid-19 ini memaksa kita harus beribadah dan berdoa dirumah. Bukan berarti bahwa beribadah dirumah itu tidak afdhal. Beribadah dirumah sesungguhnya tidak mengurangi kecintaan kita kepada Allah, kepada Rasul dan Saudara-saudara kita yang lain. beribadah dirumah adalah sebuah pelajaran bagaimana agar kita bisa semakin dekat dengan keluarga kita, sholat bareng, makan bareng, ngaji bareng dan lain-lain sebagainya. Semoga dengan wabah covid-19 ini kita bisa melakukan introspeksi diri, melakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan kita selama ini. Mari jaga diri dan jaga Saudara kita yang lain karena CINTA.

Wallahu A'lam Bisshawab

Sumber Bacaan:
  1. Jalaluddin Rakhmata, Islam Alternatif
  2. Rudhy Suharto (Editor), Renungan Jum'at; Penyuluh Akhlakul Karimah
  3. Badruddin, Konsep Ikhlas Dalam Al-Qur'an (Skripsi)
  4. Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtarul Ahaadits (Kitab)
Oleh :
Tim Pena Cendekia7

Saturday, April 25, 2020

PUASA DAN KONTROL SOSIAL

Secara etimologi puasa bermakna menahan (imsak) dan mengekang. Sedangkang menurut terminologi puasa bermakna menahan dan menekang diri dari segala hal yang membatalkan (makan, minum, berjima') mulai dari terbut fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa puasa menurut Istilah adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa disertai niat oleh pelakunya, sejak terbutnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Ibadah puasa bukan hanya pertama kali dilakukan oleh umat Muhammad Saw., akan tetap sejak dahulu para Nabi dan ummatnya melakuka hal demikian, seperti puasa Nabi Daud as., puasa Nabi Isa as., dan seterusnya. Sehingga ulama ushul fiqhi, memasukkan ibadah puasa ini sebagai syar'un man qablana seperti dengan ibadah qurban.

Terkait dengan kewajiban dan manfaat dari ibadah puasa, Allah Swt. berfirman di dalam QS. Al-Baqarah: 183 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ 
Terjemahnya:Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Hikmah puasa pada ayat tersebut adalah agar orang yang berpuasa tersebut mendapatkan derajat taqwa. Taqwa dalam artian takut kepada Allah Swt. kemudian perasaan takut tersebut mendatangkan ketundukan dan kepatuhan terhadap semua yang diperintahkan Allah Swt. dan menghindari diri dari segala yang dilarang Allah Swt.

Kehadiran Ramadhan yang identik dengan kebersamaan fisikal dan spritual pada biasanya selalu diisi dengan buka puasa bersama, tarwih bersama, lebaran bersama. Namun untuk Ramashan kali ini kebersamaan fisikal tersebut dibatasi dengan adanya  upayapencegahan covid-19 yang tengah di alami oleh seluruh bangsa di dunia. Yang perlu digaris bawahi disini antara lain: Pembatasan ibadah berjamaah tentu tidak mengurangi  kualitas ibadah seseorang, Pembatasan kegiatan pada bulan ramadhan tentu tidak mengurangi keutamaan dan kesucian bulan ramadhan, Pembatasan silaturahmi tentu tidak mengurangi salah fungsi ibadah sebagai kontrol sosial.

Puasa yang kita lakukan hendaknya dapat menjadi kontrol sosila di tengah kekhawatiran dan kepanikan akibat covid -19. Puasa yang kita lakukan hendaknya di isi dengan hal-hal yang berfaedah seperti membaca al-Qur'an, menonotn video ceramah, menulis artikel, dan seterusnya. Dan tak sepantasnya puasa yang kita lakukan disertai dengan upaya dan usaha untuk memprovokasi ummat, menyebarkan hoax, menghina pemimpin, dan selalu berburuk sangka terhadap ulama. Hendaknya puasa yang kita lakukan terhindar perkataan dusta, perkataan sia-sia, perbuatan maksiat dan seterusnya.

Baca juga : Keistimewaan Ramadhan

Rasulullah Saw. bersabda di dalam beberapa hadis:
حدثنا سليمان حدثنا اسماعيل أخبرنى عمرو يعنى ابن أبى عمرو عن ابى سعيد المقبري عن ابى هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش ورب قائم حظه من قيامه السهر (رواه أحمد)
Artinya: Rasulullah saw bersabda: “Berapa nayak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya melainkan lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan bagian dari ibadahnya melainkan bergadang saja.
حدثنا آدم بن ابى اياس حدثنا ابن أبى ذئب حدثنا سعيد المقبرى عن ابيه عن ابى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة فى ان يدع طعامه وشرابه (رواه البخارى)
Artinya: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah swt tidak butuh orang tersebut untuk meninggalkan makan dan minumnya (berpuasa)”
ليس الصيام من الاكل و الشرب انما الصيام من اللغو و الرفث فان سابك احد او جهل عليك فلتقل: إنى صائم إنى صائم  (رواه ابن ماجه)
Artinya: “Puasa bukan hanya soal makan dan minum, namun puasa adalah menahan diri dari kata kata sia-sia dan kata-kata keji. Jika seseorang menghina anda atau membuat anda merasa tidak enak, katakan kepadanya: saya berpuasa, saya berpuasa”.

Ibadah puasa di tengah pandemi covid-19 sangat berperan penting sebagai kontrol sosial.ibadah puasa yang kita laksanakan hendaknya mampu menata kehidupan masyarakatke arah yang lebih baik. dengan ibadah puasa, rakyat diajarkan untuk lebih mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Dengan ibadah puasa, masyarakat dibina untuk mengisi setiap aktivitasnya dengan hal-hal yang bernilai positif.

Ketika seorang berpuasa, tidak ada lagi hinaan dan cercaan kepada pemimpin mereka. Seperti menghina dan mencerca pemimpin terkait penggunaan istilah pulang kampung atau mudik. Ketika seorang berpuasa, tidak ada lagi kecurigaan kepada pemimpin mereka. Seperti kecurigaan terhadap rekayasa covid-19 dengan kemungkinan-kemungkinannya. Ketika seseorang berpuasa, tidak ada lagi benturan antara ulama dan pemimpin. Seperti membenturkan kebijakan MUI dengan peraturan pemerintah. Semoga kita betul-betul berpuasa!!!

Sumber Bacaan :

  1. Wahbah Zuhaili, Fiqhi Islam Wa Adillatuhu
  2. Sahih Bukhari
  3. Musnad Ahmad
Oleh :
TARMIZI TAHIR
Pengasuh Ma'had Aly dan
Dosen IAI As'adiyah Sengkang

Friday, April 24, 2020

KEISTIMEWAAN RAMADHAN

Makkukkue, pada engkasiki’tu pesabbiwi atakkappongenna uleng ramalang. Sarekko ammengngi naenceng pulana pappojie lao pakkegunai sibawa madeceng iyae ulengnge, lebbirioloi upannesangekki katobbana nabitta ritujunna attuanangenna nennia appesabbingenna pole riattakkappongenna uleng ramalang.
Sekarang, kita telah menjadi saksi kedatangan bulan suci ramadhan. Mudah-mudahan semakin bertambah kecintaan kita dalam menjalankan ibadah bulan suci ramadhan. Salah satu khutbah Rasulullah Saw. tentang keutamaan bulan suci ramadhan.
Naseng nabitta makkada : pada naduppaini’tu uleng pennoe barakka, pammase Nennia addampeng. Yanaritu seddi uleng iya kaminang malebbi’e risesena puang Allah Taala. Essona mancaji sikessing-kessingna esso, wenninna iyanaritu sikessing-kessingna wenni, wettunna iyanaritu sibello-bellona wettu.Uleng iya pada tampaiyyekko (mobbiekko) tumennang mancaji tau polena Puang Allah Taala.
Rasulullah Saw. bersabda bahwa telah datang kepada kalian bulan yang penuh dengan berkah, hidayah dan ampunan, yaitu satu bulan yang sangat istimewa di sisi Allah Swt. Siang adalah sebaik-baiknya siang, Malamnya adalah sebaik-baiknya malam, waktu adalah sebaik-baiknya waktu. Bulan yang di nanti-natikan oleh kalian sebagai tamu agung Allah Swt.
Nappase’mu mancaji tasebbe, tinromu mancaji pakkasiwiang, parellau doangmu ripebaliwi, amala’mu ritarima. Pada ellau doanni nasibawai apaccingeng ati, mapaccing pole risifa’-sifa’ maja’e nennia dosae, sarekkoammengngi pada nawerekko puang Allah Taala apatiroang. Talisekini iyae ulengnge nasaba puasa, mabbaca akorang nennia rupa-rupanna tofa paimeng amala madeceng. Temmakaharo cilakana tau de’e nalolongengi addampenna Puang Allah Taala rilalenna iyae ulengnge, pada taenggaranni alupureng nennia adekkangengnge matti riesso kiyame rigau engkana pancajiwi iyae puasae laleng acannunureng. 
Nafasmu adalah tasbih, tidurmu adalah ibadah, doamu dikabulkan, amal ibadahmu diijabah. Maka berdoalah dengan hati yang suci dari sifat-sifat buruk dan dosa. Semoga Allah Swt. memberikan hidayah. Isilah bulan ini dengan berpuasa, baca Al-Qur'an dan hiasilah dengan amal-amal kebaikan. Sungguh celaka bagi orang-orang  yang tidak mendapatkan ampunan Allah Swt. di bulan suci Ramadhan ini, ingatlah kalian bahwa rasa lapar dan dahaga di hari kiamat merupakan hasil dari menganggap remeh puasa Ramadhan.
Pada assidekkani’ risesena tau pakkere miskingnge. Tapakalebbini sumpung lolota, tasayangni wija-wijata. Tajagai toni timutta pole ribicara tempeddingnge, tajagaitoi matatta pole rianu tempeddingnge irita.
Beresedekahlah kepada fakir miskin, muliakanlah sanak keluargamu, cintailah anak-anakmu. Hindarilah bicara tidak manfaat dan jagalah kehormatan penglihatanmu.
Majeppunna puang Allah Taala rilalenna iyae ulengnge, tuli napesabbiwi atanna nasibawai akkamase, nennia napebalini sininna parellau doanna. Taringengi dosa-dosata nasibawai amegangeng suju’ makkasiwiang ri ale malebbina Allah Ta’ala. Narampei pangngulutta Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajha makkada, engka siare rupanna sifa’ nabberang puang Allah Taala risesena tau mateppe’ mappuasae ri uleng ramalang, yanaritu :
  1. Mallollo manengngi sininna anu harang iya engkae riwatakkalena.
  2. Pede macawe’I pole ripammasena puang Allah Taala.
  3. Riwerengngi alomoang riwettu siolona sakaratul maut’E.
  4. Rijaminni pole rilupu nenni dekkae matti riesso kiyame.
  5. Riwerenni anre-anre suruga massifa’e namanyameng.
  6. Ripammaradekani pole ripassessana api ranaka.
Narimakkuannaro, laoni’mai natopada passadia madecengngi alewe, mancaji tau polena puang Allah Taala rilalenna iyae uleng malebbi’E.
Sesungguhnya di bulan suci Ramadhan ini, Allah Swt. memberikan hidayah kepada setiap hamba-hamba-Nya, mengabulkan seluruh doa-doanya. Maka perbanyaklah memohon ampunan dan sujudk beribadah kepada Allah Swt. Imam Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah mengatakan bahwa ada  beberapa sifat yang Allah turunkan bagi orang-orang yang beriman dan berpuasa di bulan suci Ramadhan, yaitu:
  1. Gugurlah seluruh dosa-dosanya
  2. Dekat dengan hidayah Allah Swt.
  3. Dimudahkan kematiannya
  4. Dijamin dari rasa lapar dan dahaga di hari kiamat
  5. Dijamin makanan lezar di surga
  6. Dibebaskan dari api neraka.
Dengan memohon ridho dari Allah Swt. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang senantiasa taat dan patuh selama di bulan suci Ramadhan. Amin

Tim Pena Cendekia7

Thursday, April 23, 2020

MARHABAN YA RAMADHAN

Marhaban Ya Ramadhan...

Ramadhan telah tiba dengan membawa jutaan harapan bagi orang-orang yang telah menanti kehadirannya, menanti kebahagiaan yang telah dijanjikan bagi orang yang telah setia menunggu kedatangannya. Saya sering mendengarkan hadis Rasulullah Saw. disampaikan di mimbar-mimbar mesjid.  Pesan itu sungguh  sangat menyentuh qalbu, ketika sang Da'i membacakan hadis yang berbunyi:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Lewat hadis di atas, Rasulullah Saw mengabarkan tentang keutamaan yang dimiliki oleh bulan suci Ramadhan. Aku tahu bahwa ada banyak keberkahan di hari-harimu. Aku tahu bahwa setiap ibadah di dalamnya dilipatgandakan pahalanya, setiap taubat diterima di sisi-Nya, setiap nafas senantiasa dihitung sebagai zikir kepada-Nya, setiap doa diijabah oleh-Nya., setiap bacaan al-Qur'an selalu dilipatgandakan pahalanya dan ribuan kebaikan lainnya.

Entah, semakin bertambah umurku, makin jauh pula aku mengenal dirimu apalagi sejak wabah covid-19 telah melanda negeri kami, aku semakin rapuh dalam keimananku, entah jiwa kotor apa yang telah merasuki seluruh tulang-tulangku, entah apa yang telah memasung perasanku. Padahal aku tahu, aku sadar bahwa kedatangan bulan ramadhan merupakan kesempatan emas yang Allah berikan kepadaku untuk merenung segala khilaf dan dosa yang sering aku lakukan setiap saat. Ramadhan datang menyapaku, dia datang mengajakku kembali ke jalan Tuhan yang suci.

Sudikah Engkau menerima aku di pangkuan-Mu, aku ingin membersihkan jiwaku, aku ingin bersuci diri di halaman-Mu, Ramadhan, izinkan aku menyentuhmu, izinkan aku mengenalmu lebih lama agar aku bisa tahu jalan pulang menuju Rabbku. Aku ingin masuk ke dalam rumah-Nya, aku ingin dipeluk dan dikasih oleh Dia.

Saya berharap kedatanganmu  wahai ramadhan kali ini, semoga aku bisa berpuasa pada hari-harimu, sujud dan ibadah di malam-malammu, agar setiap saat akhlakku semakin baik. 

Ya Rabb, aku tak ingin menjadi hamba merugi, walaupun aku tak punya bekal menjemput ramadhan-Mu. tapi aku optimis dan berbekal sebongkah harapan dan doa untuk mendapatkan kasih-Mu. Aku bermohon kepada-Mu, sudikah Engkau aku jadikan tempat untuk berkeluh kesah dari hamba-Mu yang paling hina.
"Ya Allah sesungguhnya bulan ramadhan telah tiba. Wahai Rabb Pemilik bulan Ramadhan. Engkau telah menurunkan Al-Qur'an di dalamnya, dan telah menjadikannya sebagai penjelas atas petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang batil. Wahai Tuhan kami, berkatilah kami di dalamnya dan bantulah kami dalam menunaikan puasa serta shalat di dalamnya. Terimalah amal-amal kami di dalamnya".
Wallahu A'lam Bisshawab

Tim Pena Cendekia7

METODE IJTIHAD MAQASHIDI

Ijtihad dalam Kamus Bahasa Arab berasal dari kata ja-ha-da yang berarti bersungguh-sungguh, bekerja dengan maksimal. Kata ini melahirkan kata seperti mujtahid yakni orang yang bekerja dengan maksimal dalam suatu bidang atau bersungguh-sungguh dalam bidangnya. Kata ini juga sangat berkaitan dengan kata Jihad yaitu kegiatan dan usaha maksimal terhadap sesuatu. Term ijtihad sangat masyhur di kalangan ahli fiqh dikarenakan kegiatan dan usaha seorang fuqaha di dalam menggali dan menetapkan hukum syariat amaliyah yang tersebar dari dalil-dalil tafsiliyah.

Pada dasarnya sumber syariat menurut Muhammad Syaltut mempunyai tiga sumber yaitu Al-Qur'an, al-Sunnah, al-Ra'yu. Sedangkan Abdul Wahhab Khallaf membagi dalil syariat ke dalam dua kategori besar yaitu dalil syariat yang disepakati oleh ulama seperti al-Qur'an, al-Sunnah, al-Ijma, al-Qiyas dan dalil syariat yang diperselisihkan oleh ulama seperti Istihsan, Maslahah Mursalah, Urf, Istishab, Syar'un Man Qablana, Mazhab Sahabat. Kemudian Wahbah Zuhaili memasukkan sad al-zari'ah ke dalam bagian dalil yang diperselisihkan oleh ulama. AG. KH. Muhammad As'ad dalam kitabnya Nailul Ma'mul menyebutkan metode penetapan hukusm Islam yang antara lain: al-Qur'an, al-Sunnah, al-Ijma, al-Qiyas dan Istishab.

Dengan melihat perkembangan zaman dan masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat, paling tidak metode ijtihad dikategorisasikan kepada tiga kelompok besar, yaitu (1) Ijtihad bil nash (bermuara pada teks), (2) Ijtihad bila manhaji (bermuara pada metode), dan (3) Ijtihad bil maqashidi (bermuara pada nilai). Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, Ijtihad bil nash yaitu metode ijtihad yang berasal dan bersumber dari teks al-Qur'an dan al-Sunnah. Ijtihad seperti ini merupakan hal yang asasi, karena Al-Qur'an dan al-Sunnah merupakan sumber dari segala sumber ijtihad dari seorang ulama. Yang perlu diperhatikan dalam ijtihad bil nash ini adalah sesuatu yang tersembunyi di balik teks atau sering dibahasakan sebagai konteks dari sesuatu. Sehingga kajian tentang Asbabun Nuzul dan Asbabul Wurud sangat dibutuhkan dalam mengokohkan ijtihad dengan nash ini.

Kedua, Ijtihad bil manhaji yaitu metode ijtihad dengan menggunakan tata cara atau sebuah jalan dalam menetapkan hukum Islam. Ijtihad bil manhaji itu antara lain dengan ijma, qiyas, istihsan, istihshab, sad al-zari'ah dan maslahah mursalah. Berijtihad dengan manhaji ini sangat sering dilakukan oleh fuqaha dalam menetapkan hukum Islam. Metode sad al-zari'ah dan maslahah mursalah adalah dua metode penetapan hukum Islam yang sering digunakan oleh Majelis Ulama Indonesia dalam menetapkan fatwa terhadap permasalahan hukum Islam yang terjadi di masyarakat.

Ketiga, Ijtihad bil maqashidi yaitu metode ijtihad dengan menggunakan pendekatan maqashid yang merupakan nilai-nilai luhur syariat Islam yang antara lain sangat memperhatikan perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, harta, lingkungan, ummat, negara dan seterusnya. Grand Teori maqashid syariah adalah bagaimana Islam mewujudkan kemaslahatan yang umum dan menghindarkan kemudharatan yang bersifat global. Yang mesti diperhatikan pada metode ijtihad terbaru ini adalah bagaimana kemaslahatan yang hendak diwujudkan betul-betul merupajan kemaslahatan qathiyyah, bersifat umum, terukur dan teruji.

Demikianlah metode ijtihad yang masih mentah yang penulis utarakan. Metode ijtihad ini adalah murni hasil kajian penulis sendiri yang sering disampaikan kepada mahasiswa pada perkuliahan ushul fiqh. Mudah-mudahan dapat terus dikembangkan sehingga semakin kuat dan dapat diaplikasikan.

Wallahu A'lam  Bisshawab.

Sumber Bacaan:
  1. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh
  2. Alim Allamah AG. KH. Muhammad As'ad, Nailul Ma'mul
  3. Muhammad Syaltut, Aqidah wa Syariah
  4. Nurdin bin Mukhtar al-Khadimi, al-Ijtihad al-Maqashidi
  5. Syatibi, al-Muwafaqat.
  6. Wahbah Zuhaili, Ushul Fiqh Islam
Oleh:
TARMIZI TAHIR
Pengasuh Ma'had Aly As'adiyah dan
Dosen IAI As'adiyah Sengkang

KEPADA-MU KAMI MENYEMBAH DAN KEPADA-MU KAMI MOHON PERTOLONGAN

Satu-satunya mukjizat abadi dan terbesar Nabi Muhammad Saw adalah Al-Qur'an. Ia menghimpun semua petunjuk perilaku, pedoman kehidupan, hikmah kearifan dan hukum-hukum syariat dan akhlak. Ia adalah sumber yang tak akan pernah kering dan selalu memancarkan nilai-nilai kesempurnaan, kebaikan, kebenaran, dan estetika.

Pada kesempatan ini kami tidak menjelaskan secara keseluruhan dari isi dan kandungan Al-Qur'an yang sebanyak 114 Surah. Selain karena keterbatasan ilmu juga karena keterbatasan ruang penulisan untuk setiap tema. Tetapi intinya adalah ada upaya untuk mengenal dan mempelajari sumber original Islam yang sesungguhnya akan memberikan dampak yang luar biasa bagi siapa saja yang ingin mengenal Islam lebih dalam dan insya Allah kita memetik hikmah dari setiap informasi yang datang Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah Saw.

Dalam menjalani kehidupan ini, tentu kita sebagai manusia pasti pernah dan akan mengalami kesulitan dan kesusahan, yang semua ini merupakan ujian dan cobaan dari Allah Swt. Sesungguhnya tatkala kesulitan itu datang, maka Allah-lah sebaik-baik penolong dan kepada-Nya lah kita bergantung. Dan sesulit apapun cobaan dan kesusahan yang melanda kita jangan pernah mencari yang lain. Carilah Allah sebagai sumber penolong bagi kita hamba-hamba-Nya.


Isti'anah dan istighatsah adalah ibadah. Isti'anah artinya meminta pertolongan dan dukungan dalam suatu urusan. Sedang Istighatsah berarti meminta dihilangkannya musibah atau kesulitan.

Dalil bahwa Ist'anah adalah ibadah seperti yang disebutkan di QS. Al-Fatihah:5
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ  
Terjemahnya: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Dalil Istighasah merupakan ibadah berdasarkan pada QS. Al-Anfal: 9
إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ  
Terjemahnya: (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut".

Kita mesti melawan berbagai kekuatan yang ada di dunia ini, entah kekuatan alam ataupun kekuatan yang dibawa sejak lahir. agar dapat mengatasi faktor-faktor yang merusak dan menyesatkan ini, kita memerlukan pertolongan. Oleh karena itu, kita berlindung dibawah naungan payung Allah. Kita bangun setiap pagi dan mengulangi ayat "Iyyanaka Na'budu Waiyyaka Nasta'in" untuk mengakui penghambaan kita kepada Allah dan memohon pertolongan kepada Zat Suci-Nya agar kita berhasil dalam tantangan besar yang kita hadapi sekarang ini, yaitu Wabah Covid-19.

Kita juga melakukan hal yang sama di malam hari sebelum tidur. Kita bangun dibangun di pagi hari dengan mengingat-Nya dan pergi tidur di malam hari dengan mengingat-Nya. Setiap waktu kita minta tolong kepada Allah Swt. Betapa luar biasanya pernyataan ini bagi orang-orang yang beriman! dengan wabah covid-19 yang kita hadapi sekarang ini tidak membuat kita harus putus asa dari rahmat Allah Swt. kita tidak mudah menyerah. ingatkah kita ketika akan beranjak sholat kita membaca:
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Terjemahnya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Oleh karena itu, setiap kali membaca ayat ini, kita akan menemukan solusi atas segala masalah yang kita hadapi. Disebutkan dalam riwayat yang lain: 
"Ketika kesulitan menimpa seorang hamba yang beriman, kemudian dia membaca ayat suci ini, maka masalah tersebut akan menjadi mudah baginya." (Manhaj ash-Shadiqin, Tafsir, Jilid 1, h.114)
Sebuah riwayat yang dituturkan oleh seorang sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia berkata bahwa dalam salah satu peperangan, dia bersama Rasulullah Saw. Ketika perang kian dahsyat, beliau mengangkat kepalanya sembari berdoa " Wahai Pemilik Hari Pembalasan! (Hanya) Engkau yang kami sembah dan (hanya) Engkau yang kami minta pertolongan . Pada saat itu, bala tentara musuh dapat dikalahkan dan (banyak diantara mereka) terbunuh sedangkang Nabi Muhammad Saw dan pasukannya menang. (Tafsir Nurul Quran, Jilid 1, hal. 49) 

BACA JUGA: Kekuatan Doa

Dalam hubungan itu, Ibnu Taimiyah berkata, "seseorang yang melakukan perbuatan tanpa meminta pertolongan kepada Allah, niscaya  tidak akan tercapai atau tidak bermanfaat". Dan sesuatu yang tidak bisa dicapai , maka tak dapat dilakukan. Sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan , tentu saja tidak akan mendatangkan manfaat dan tidak akan bertahan lama oleh sebab itulah Allah menyuruh hambanya untuk senantiasa membaca  "إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ"  (Lihat Al-Fatawa, Jus VIII, hal. 76)

Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).

Wallahu A'lab Bisshawab.

Sumber Bacaan:
  1. Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Quran, Jilid 1 (kitab)
  2. Jaudat Said, Bertindak Menurut Kehendak Ilahi  (buku)
  3. http://jarasabhinaya.blogspot.com/2015/11/hanya-kepadamu-aku-menyembah.html

Wednesday, April 22, 2020

KEKUATAN DOA

Di tengah kondisi pandemi covid-19 yang kita hadapi sekarang ini, tekanan demi tekanan silih berganti datang menghampiri kita. Hati kadang merasakan sebuah kegelisahan yang sangat berat, mulai dari urusan ibadah hingga persoalan ekonomi semuanya menjadi beban berat bagi kita semua. Mungkin ada yang bertanya, bagaiman mungkin saya bisa melewati hari-hari seperti ini? dan bagaimana mungkin saya bisa kuat menjalani saat-saat sulit seperti ini? Bagaimana mungkin saya bisa, sementara hati dan pikiran saya tidak menentu!

Masihkah kita yakin dengan kekuatan Iman? Kalau kita yakin dengan kekuatan iman. Sesungguhnya kita tidak bergantung dengan kekuatan kita, tapi kita percaya akan kekuatan-Nya. Hiruk pikuk kehidupan manusia seringkali menjadi beban berat. Saat ini mungkin ada banyak yang hilang dalam hidup kita, kehilangan pekerjaan, harta, usaha bahkan orang-orang yang kita cintai. ini bukan hal yang mudah untuk kita lalui. Maka sekali lagi, tanam dan coba kembali resapi imanmu kepada-Nya.

Mungkin kita sering mendengar seorang motivator berbicara bahwa satu hal yang akan membuat kita bahagia adalah cinta, satu hal yang akan membuat kita semakin dewasa adalah masalah, satu hal yang akan membuat kita hancur, sehancur-hancurnya adalah putus asa, satu hal yang akan membuat kita maju adalah usaha, dan satu hal yang akan membuat kita tetap kuat adalah doa. Doalah yang bisa menguatkan dan doa pulalah yang akan menyembuhkan kita. Dan dengan kekuatan doa kita bersama akan membawa sebuah keajaiban kepada kita. 

Mungkin selama ini kita sering mengeluh karena kekurangan bahan makanan
Mungkin selama ini kita sering mengeluh karena ibadah kita di Mesjid harus di tunda
Mungkin selama ini kita sering mengeluh karena tidak bisa berkumpul dengan teman-teman

Marilah dengan segenap jiwa dan raga kita datang kepada Allah, bukankah Allah sebagai sumber segala sesuatu? Yakin dengan janji-Nya. Allah akan memberikan kemudahan dan solusi yang terbaik atas masalah yang kita hadapi. 

Buanglah prasangka dan perasaan burukmu. Karena dengan perasaan kita akan mudah sekali terombang ambing dengan situasi duniawi. perasaan kadang berubah, kadang senang, kadang sedih, kadang semangat kadang letih bahkan kadang sampai depresi.

Lalu mengapa harus Doa? Kata doa secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua akar kata. Pertama, berasal dari kata da'a-yad'u-da'watan berarti menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu. Kedua, berasal dari kata da'a-yad'u-du'aan/da'wa berarti memanggil, mendoa dan memohon. Doa secara istilah dalam pandangan Qadhi iyadh adalah ibadah yang hakiki karena menunjukkan kepasrahan diri kepada Allah dan berpaling dari selain-Nya. 

mari kita simak QS. Ghafir: 60
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ  
Terjemahnya:
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Ibnu Katsir berpandangan dalam tafsir al-Qur'an al-Adzim bahwa doa pada ayat tersebut di atas adalah mengandung makna permohonan. Allah menganjurkan kepada para hamba-Nya  untuk senantiasa berdoa kepada-Nya. Allah menjamin bahwa doa dari para hamba-Nya akan dikabulkan.
Rasulullah Saw. bersabda, barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah Swt. maka Allah akan murka kepada-Nya. 
Olehnya itu, marilah kita bersama-sama dengan kekuatan iman dan doa kita memohon petunjuk kepada Allah Swt. karena Dia adalah sumber segala jawaban. Dia adalah sumber segala kekuatan. Dan untuk kamu yang terbaring sakit percayalah kepada kuasa-Nya karena Dia-lah sumber segala obat. Allah adalah sumber dari segala harapan. Yakinlah bahwa mukjizat itu nyata bagi kita yang percaya kepada-Nya bahwa Covid-19 akan sirna.
Wallahu A'lam Bisshawab